Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh
kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai
perkembangan dari aktualisasi diri manusia. Dalam humanisme, belajar adalah
proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik
adalah sebagai seorang fasilitator. Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah
kuncinya, dan sasaranya adalah untuk membangun manusia yang dapat
mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif.
Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki
potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan
perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas
dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.
Tokoh-tokoh pendukung humanisme diantaranya adalah:
Abraham Maslow dikenal sebagai
pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak
untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat
terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs
(Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki,
mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hirarki kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Hirarki kebutuhan (Maslow)
Maslow menyebut empat kebutuhan
mulai dari kebutuhan fisiologis sampai
kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip
yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu). Kalau suhu terlalu
dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu
panas, ia akan menyalakan pendingin.
Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan
bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup
mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas cakupan
prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman,
cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap
kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun
sebenarnya memperjelas kebutuhan ini dan sudah ada sejak lahir persis sama
dengan insting.
Teori
Rogers mirip dengan pendekatan Freud,
namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap
bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat.
Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses
perkembangan hidup alamiah, sedangkan kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain
dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.Teori Rogers
didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi
tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk
hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan
hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik
bagi keberadaannya. Dari
dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain
yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan
makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya. Carl Rogers adalah seorang
psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa
prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment
dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment
kepada klien. Menurut Carl Rogers:
- Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
- Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
- Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2
- subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
- Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard).
3. Malcolm
Knowles
Malcolm Knowles dalam publikasinya
yang berjudul "The Adult
Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang
tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan
khususnya para ahli pendidikan. Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata “andr” yang berarti laki-laki, bukan anak
laki-laki atau orang dewasa, dan “agogos”
yang berarti membimbing atau membina. Disamping itu, ada istilah lain yang
sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid"
artinya anak dan "agogos" yang
artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau
pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Jadi andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan
orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti
mengarahkan anak-anak. Teori Knowles tentang andragogi
dapat diungkapkan dalam empat postulat yaitu:
- Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
- Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
- Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
- Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
- Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.
Menurut Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari
pendekatan humanisme yang dapat kita gunakan untuk mengembangkan pendidikan:
- Siswa belajar dengan baik saat mereka telah mengembangkan kemampuan menganalisis apa dan mengapa sesuatu penting untuk diketahui sesuai dengan kemampuannya.
- Siswa dilatih bagaimana cara belajar lebih penting daripada memberikan pengetahuan yang banyak. Dalam era dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat, pandangan ini perlu dipahami kalangan pengajar, terutama bagi mereka yang mendukung kognitivisme.
- Evaluasi diri adalah penting untuk menekankan perkembangan internal dan pengaturan diri. Penekanan yang terpenting adalah pada perkembangan internal dan pengaturan diri.
- Perasaan sama pentingnya dengan kenyataan. Pengajar yang berorientasi humanistik harus membuat sumbangan yang berarti ketika menyampaikan dasar pengetahuan.
- Siswa akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Oleh karena itu, lingkungan belajar harus dikembangkan sedemikian hingga siswa tidak merasa terancam baik secara psikis, emosi, maupun fisik.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk belajar dan berkembang. Oleh karena itu, sekolah
harus berhati-hati agar tidak memaksa siswa belajar sesuatu sebelum mereka siap.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi
kebutuhank-kebutuhan yang lebih tinggi, dan bukan sebagai pengelola perilaku
seperti pada behaviorisme. Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan
pada perkembangan positif yang berfokus pada potensi manusia dalam mencari, menemukan
dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan bermasyarakat. Kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, dan
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Para pendidik hanya membantu siswa dalam mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka. Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi -
materi yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan
analisis terhadap gejala sosial. Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik
adalah yang humoris, sabar, adil, menarik, demokratis, terbuka, dan peka
terhadap perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang tidak
humoris, tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang
menyakitkan, otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Choirun Nisa' informasi yang telah disampaikan sangat membantu dan menambah pengetahuan. Sedikit tambahan dari saya
BalasHapusDalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
2. Ciri-ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
dayya rotul laili PFNR'10:
BalasHapusdalam penjabaran mengenai teori humanisme diatas sudah cukup jelas dengan ditambah sedikit penjabaran mengenai Aplikasi dan Implikasi Humanisme
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Artikel yang sangat bermanfaat. Sebelumnya yg saya tidak tahu, skarang menjadi tahu.
BalasHapusSaya hanya ingin sedikit menambahkan
Ini tentang beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1.Manusia mempunyai belajar alami.
2.Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
3.Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4.Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
5.Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
6.Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
7.Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8.Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9.Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10.Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Postingannya bagus pak, informasi dan wawasan juga ilmu baru bagi saya. Teori belajar humanistik lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperi apa adanya yang bisa kita amati dalam dunia keseharian kita. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk mencapai aktualisasi diri dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan masing2 individu unruk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi2 yang ada dalam diri mereka.
BalasHapusMateri tentang Teori Belajar yang bapak posting sangat tepat, karena banyak dari para pendidik yang tidak mngetahui tentang teori belajar yang satu ini termasuk saya. Informasi di atas dapat menambah pengetahuan saya yang dapat di aplikasikan suatu saat nanti. disini saya juga ingin menambahkan teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada penertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yatu memanusiakan manusia. Perbedaan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lain sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandangan semata, atau kadang-kadang hanya perbedaan aksentuasi. Jadi keterangan atau pandangan yang berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal yang satu dan sama dipandang dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori humanistik dengan pandangannyadengan pandangannya elektik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.
BalasHapusterimakasih atas penjelasan teori belajar humanistik ini. awalnya saya kira teori belajar humanistik = teori belajar behavior. ternyata ada bedanya.
BalasHapusmenambahkan sedikit saja,
Teori belajar Humanistik memandang bahwa:
- Fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara- cara belajar dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik.
- Hasil belajarnya adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri.
- Pentingnya pendekatan pendidikan di bidang seni dan hasrat ingin tahu.
- Pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik dan kewajiban hadir di sekolah.
- Pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok. Pendidik memiliki status kesetaraan dengan peserta didik.
- Pendekatan humanistik memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat.
- Penggunaan pendekatan humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan peserta didik menjadi individu yang beraktualisasi diri.
Saya hanya ingin menambahkan bahwa dalam teori belajar humanisme semua tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertaian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
BalasHapusTeori hmanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. jadi secara struktural kita bisa berfikir atau menyimpulkan bahwasahnya pembelajaran ini terpaku pada afektif dan pendidikan karakter yang lagi semarak untuk dikerjakan di berbagai universitas. maka jika pendidikan karakter ini berhasil siswa dirapkan merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri, serta dikutip dari salah satu sumber yaitu Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku. terima kasih
BalasHapussaya setuju dengan teori ini bagus....saya ingin menambahkan tentang argumen arthur....
BalasHapusArthur Combs (1912-1999)
Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga siswa belajar sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesautu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi dirinya.
Sehingga guru harus lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
saya baru tahu tentang teori ini, tapi yang saya suka, dalam teori ini kembali pada hakekat belajar yang sebenarnya, kebutuhan dasar belajar yang sebenarnya yakni aktualisasi diri menjadi manusia yang sebenarnya :)
BalasHapus