Selasa, 21 Juni 2011

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa pendekatan yang lebih dikenal dengan tipe-tipe pembelajaran kooperatif. Menurut Arends (2001), terdapat empat tipe pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Student Teams Achievement Division (STAD), 2) Investigasi Kelompok, 3)  Pendekatan Struktural, 4) Jigsaw. Masing-masing tipe dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:

 1. Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

2. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

3. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.

4. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada
tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel perbedaan tipe pembelajaran kooperatif 


20 komentar:

  1. menambahkan.....
    tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan diatas merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran,,,
    berdasarkan yang saya baca di internet,,, masih terdapat beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif yang lain,,, diantaranya sebagai berikut :
    - Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture
    Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
    – Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing
    Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.
    – Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving
    Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
    – Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)
    Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
    – Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
    Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
    – Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)
    Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation).

    terimakasih,,,,

    BalasHapus
  2. Banyak yang mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul di bandingkan dengan model yang lain.
    Hal ini di buktikan dengan di bentuknya kelompok-kelompok pada pembelajaran ini. Diantaranya dibentuuk "kelompok asal" dan "kelompok ahli". Pada kelompok ahli ini, siswa di tuntuut untuk rajin mempelajari materi yang sedang di bahas. Karena setelah dari kelompok ahli , siswa akan kembali kepada kelompok asal. Nah, apabila siswa tidak terlalu memahami apa yang di sampaikan pada kelompok ahli, maka kelompok asal siswa itu akan ketinggalan informasi.
    Dari situ, akan menguntungkan guru. Karena siswanya rajin dengan sendirinya.

    BalasHapus
  3. penjelasan yang disajikan dalam artikel tersebut cukup lengkap dan bisa menjadi wacana serta ilmu yang baik untuk calon calon guru mendatang agar bisa menjadi guru profesional. inti dari pembelajaran kooperatif yang dapat saya tangkap dari penjelasan artikel tersebut adalah bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai peranan yang sama penting antara satu dengan yang lainnya.

    BalasHapus
  4. pembelajaran kooperatigf memiliki banyak keunggulan diantaranya:
    a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
    b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.
    c) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
    d) Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta kebutuhannya dalam belajar.
    e) Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.
    f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

    BalasHapus
  5. menambahkan menurut saya model pembelajaran khususnya tipe jigsaw memiliki beberapa kelebihan dalam pembentukkan karakter siswa yang marak digalangkan akhir - akhir ini. kelebihan tersebut antara lain :
    - memacu siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi yang dibebankan kepadanya
    -memacu siswa agar memiliki rasa percaya diri yang lebih
    -memacu siswa untuk bekerja keras dalam memahami materi tersebut
    -memacu siswa untuk menghargai orang lain.
    tidak hanya itu saja menurut saya dengan menggunakan tipe jigsaw mungkin siswa merasa lebih dapat memahami materi karena pada tipe ini menggunakan tentor sebaya mereka yaitu teman mereka sendiri

    BalasHapus
  6. menambahkan bahwa ....
    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:

    1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

    2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

    3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

    4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

    5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

    6) Motivasi belajar lebih tinggi

    7) Hasil belajar lebih baik

    8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

    Sedangkan kelemahan TGT adalah:

    1. Bagi Guru

    Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

    2. Bagi Siswa

    Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

    BalasHapus
  7. berbagai macam type pembelajaran kooperatif, namun ada yang harus diingat sebelum menerapkan model ini, siswa hendaknya diberikan gambaran mengenai model pembelajaran ini sehingga nantinya ,mereka tidak menganggap kooperatif hanya sekedar berkumpul dalam kelompok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan muhammad habib,karena bila tanpa diberi pengertian tentang tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru, dikhawatirkan siswa menganggap pembelajaran hanya sekedar main-main padahal dengan pembelajaran kooperatif sangat membantu siswa untuk melatih ketrampilan tingkat tinggi, karena siswa diarahkan untuk penemuan konsep sendiri dengan bimbingan guru,
      diasamping itu pembelajaran kooperati sangat melatih sekaligus dua ketrampila siswa yaitu kemampuan kognitgf (akademik) dan ketrampilan sosial (bekerja sama dengan kelompoknya) selain itu juga dibebankan tanggung jawab individu dan sosial....
      sekian terimakasih

      Hapus
  8. The jigsaw classroom is a cooperative learning technique with a three-decade track record of successfully reducing racial conflict and increasing positive educational outcomes. Just as in a jigsaw puzzle, each piece--each student's part--is essential for the completion and full understanding of the final product. If each student's part is essential, then each student is essential; and that is precisely what makes this strategy so effective.

    BalasHapus
  9. saya setuju dengan mas habib...kadang-kadang banyak siswa yang beranggapan bahwa kooperatif hanya sekedar berkumpul dalam kelompok...bahkan teman-teman saya pun kebanyakan jg bilang begitu..
    jadi pembelajaran kooperatif harus di implementasikan secara tepat

    BalasHapus
  10. Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.

    Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

    Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Model pembelajaran ini sangat membantu interaksi sosial antar siswa. Selain itu siswa dapat meningkatkan kemampuan kerja secara kelompok. Jdi bisa dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif ini menekankan pada interaksi sosial siswa.

    BalasHapus
  11. Menambahkan bahwa :
    Lie Anita dalam bukunya yang berjudul “Cooperative Learning” mengutip perkataan Roger dan David Johnson bahwa ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yaitu : saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok

    Adapun kata kunci pembelajaran kooperatif adalah :

    * Tim
    * Pengelolaan Kerjasama
    * Keinginan untuk bekerjasama melalui pengerjaan serangkaian * tugas dan penghargaan
    * Keahlian untuk bekerjasama
    * Interaksi yang simultan
    * Terdiri dari serangkaian tahapan yang berbeda dalam setiap model

    Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

    Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
    Terimakasih,.....

    BalasHapus
  12. namun dari artikel lain yang saya baca pem.kooperatif memiliki kelemahan, diantaranya :

    Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
    Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
    a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
    Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

    b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
    Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.

    c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
    Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
    Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
    Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar yang dikatakan sherrly ardhya memang dalam setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan seperti:
      a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
      b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
      c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
      untuk menghindari terjadinya kelemahan tersebut ketika proses pembelajaran, ini merupakan tugas guru bagaimana memanage situasi kelas,
      misalnya:
      1. bila dalam kelompok tersebut dijadikan tempat mengobrol, maka guru sering-sering memberi penekanan kepada siswa agar tidak kehilangan perhatian siswa pada saat pembelajaran
      2. bILA terjadi depat yang sepeleh bagaimana guru menempatkan posisi sebagai penengah yang adil yang mana di benak siswa guru tidak berpihak pada salah satu kelompok, sehingga tidak ada siswa yang merasa tidak dihargai pendapatnya
      3. Bila terjadi kesalahan kelompok, segeralah guru mengarahkan pada konsep yang benar, agar konsep yang salah yang dikemukakan siswa tidak tertanam pada diri siswa dan guru mengarahkan secara perlahan-lahan sambil siswa memahami kesalahan /kekurangannya.
      sekian terimakasih

      Hapus
  13. Investigasi Kelompok.... cara pembelajaran yang sering digunakan dalam bidang pembelajaran karena sangat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan guru.... dan antara siswa satu dengan siswa yang laen bisa saling berinteraksi melalui diskusi....

    BalasHapus
  14. tipe pembelajaran kooperatif model jigzaw mempunyai klemhan yaitu jika model ini diterapkan dan ada salah satu atau beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab maka menimbukan efek merugikan bagin kelompoknya dan dirinya sendiri, karena mungkin di kelas ada beberapa tipe orang-orang yang seperti ini namun hal ini bisa dicegah dengan memberikan pengertian pada siswa dan nasehat serta menjelaskan akibat-akibat yang akan ditimbulkan oleh sifat yang tidak bertangggung jawab ini.

    BalasHapus
  15. sekedar menambahi ya...
    tipe pembelajaran kooperatif tidak terbatas pada model Student Teams Achievement Division (STAD),Investigasi Kelompok, Pendekatan Struktural,dan Jigsaw. pengembangan model pembelajaran kooperatif pada model Student Facilitator and Explaining (SFAE). Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
    Langkah-langkah pembelajarannya :
    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
    2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
    3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
    4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
    5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
    6. Penutup.
    terimakasih...:)

    BalasHapus
  16. Saya juga mau menambahkan untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD.
    Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
    a) Penyajian kelas.
    b) Belajar kelompok.
    c) Kuis.
    d) Skor Perkembangan.
    e) Penghargaan kelompok.
    Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut:
    1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
    2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
    3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
    4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
    Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
    1. Meningkatkan kecakapan individu
    2. Meningkatkan kecakapan kelompok
    3. Meningkatkan komitmen
    4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
    5. Tidak bersifat kompetitif
    6. Tidak memiliki rasa dendam
    Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:
    1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
    2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
    3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
    4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
    Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu :
    1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
    2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
    trimakasih........

    BalasHapus
  17. Pembelajaran kooperatif memang sedikit unggul dibanding tipe-tipe pembelajaran yang lain karena tipe pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas prakti yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.Selain itu, tipe pembelajaran kooperatif juga membuat siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu belajar satu sama lainnya. Hal inilah yang membuat tipe pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas, tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran; sekarang kita tahu bahwa pembelajaran yang terbaik tercapai di tengah-tengah percakapan diantara siswa.

    BalasHapus
  18. Assalamu'alaikum. Jazakumullah untuk tulisannya, semoga Allah memberikan keberkahan pada Bapak dan keluarga. Mohon ijin jika sewaktu-waktu saya pakai bwt daf pus. Wassalam

    BalasHapus