Sabtu, 19 Februari 2011

Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning)

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannnya baik antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan (Isjoni, 2009).
David Ausubel (1963) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat siswa. Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal ini, Dahar (1996) mengemukakan dua prasyarat terjadinya belajar bermakna, yaitu: (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan (2) anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna. Di samping itu, kebermaknaan potensial materi pelajaran bergantung kepada dua faktor, yaitu (1) materi itu harus memiliki kebermaknaan logis, dan (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.
Muchlas Samani (2007) mengemukakan bahwa apapun metode pembelajarannya, maka harus bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Suparno (1997) mengatakan, bahwa pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan yang akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.  Pembelajaran bermakna ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Jadi belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Belajar bermakna memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
  • Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.Lebih dahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal yang lebih terperinci 
  • Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama 
  • Mengusahan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnyasebelum ide yang baru disajikan.
Menurut Nana (2005)  dalam  pembelajaran terdapat syarat-syarat yang dapat menunjang terciptanya pembelajaran bermakna yaitu:
  • Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial dan degan beraturan.
  • Siswa memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang akan dihubungkan. 
  • Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya secara substansial dan beraturan pula.
Ausubel dalam Dahar (1989) menggemukakan tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu:
  • Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
  • Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
  • Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Pembelajaran bermakna erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran Vygotsky (Social and Emancipator Constructivism). Paham ini berpendapat bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini merupakan teori tentang penciptaan makna. Selanjutnya, teori ini dikembangkan oleh Piaget (Piagetian Psychological Constructivism) yang menyatakan bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau informasi baru yang dipelajari. Piaget menjelaskan bahwa setiap siswa membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya ke dalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi yang dijumpai dalam proses belajar. Itulah sebabnya Vygotsky menyatakan bahwa proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu dan melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Penciptaan makna terjadi pada dua jenjang, yaitu pemahaman mendalam (inert understanding) dan pemahaman terpadu (integrated understanding). Hal demikian bisa terwujud melalui partisipasi aktif antara guru dan siswa, saling menghormati dan menghargai. Setiap individu dapat belajar, menciptakan makna, dan berkreasi berdasarkan konteks komunitas budayanya masing-masing. Dalam hubungan ini, David Ausubel (1963) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi. Pertama, menyangkut cara penyajian materi diterima oleh peserta didik.Melalui dimensi ini, peserta didik memperoleh materi/informasi melalui penerimaan dan penemuan. Maksudnya peserta didik dapat mengasimilasi informasi/materi pelajaran dengan penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Jika peserta didik hanya mencoba-coba menghafalkan informasi atau materi pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang ada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar hafalan. Sebaliknya, jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.  
Ausubel membedakan belajar menjadi belajar menerima dan belajar menemukan. Pada belajar menerima, bentuk akhir dari sesuatu yang diajarkan itu diberikan, sedangkan belajar menemukan bentuk akhir itu harus dicari peserta didik. Selain itu Ausubel juga membedakan antara belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah suatu proses di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal diperlukan untuk memperoleh informasi baru seperti definisi. Menurut teori belajar bermakna, belajar menerima dan belajar menemukan keduanya dapat menjadi belajar bermakna apabila konsep baru atau informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Langkah-langkah kegiatan yang mengarah pada timbulnya pembelajaran bermakna adalah sebagai berikut:
  • Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa. 
  • Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan. Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang dipaksakan oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai alat yang dibutuhkan dalam kehidupan anak. 
  • Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.
  • Dalam proses belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan bekerjasama dengan orang lain.
  • Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkret
  • Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif dengan menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.
Pembelajaran bermakna bisa terjadi jika relevan dengan kebutuhan peserta didik, disertai motivasi instrinsik dan kurikulum yang tidak kaku. Kejadian belajar bermakna didorong oleh hasrat dan intensitas keingintahuan peserta didik tentang bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini, Rogers (1969) mengemukakan tentang iklim kelas yang memungkinkan terjadinya belajar bermakna, yaitu sebagai berikut:
  • Terimalah peserta didik apa adanya. 
  • Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri. 
  • Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memlilh dan menggunakannya.
  • Gunakan pendekatan iquiry-discovery. 
  • Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya.

20 komentar:

  1. menurut saya mengenai pembelajaran bermakna jika diterapkan dalam dunia pendidikan sangatlah bagus.,,Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang..pada artikel di atas sangat menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran bermakna..

    BalasHapus
  2. Setelah sekilas membaca artikel diatas,informasinya sangat bagus sehingga saya memperoleh tambahan wawasan baru mengenai pembelajaran bermakna, yang dapat saya simpulkan bahwa Model pembelajaran bermakna (Meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Sehingga pembelajaran bermakna (Meaningfull learning) merupakan pembelajaran yang menyenangkan, yang memiliki keunggulan dan meraup segenap informasi secara utuh sehingga konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa yang akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

    BalasHapus
  3. Artikel di atas sangat bermanfaat sekali untuk calon guru seperti saya dan guru atau pengajar di abad ini..
    setelah saya membacanya., saya dapat dapat menjadi banyak tahu bahwa pada intinya, untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna harus melibatkan kemampuan psikomotor siswa. Karena dengan cara begitu, siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi mereka.. Dan mungkin model pembelajaran yang lebih mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran bermakna yaitu model pembelajaran kooperatif..
    begitulah mnurut saya..

    BalasHapus
  4. pembelajaran bermakna mmang wjib diterapkan untuk peserta didik saat ini. supaya informasi dan ilmu2 yg didapat bs masuk k memori otak jangka panjang.

    BalasHapus
  5. oh iya, teman2...apakah semua materi bisa d'ajarkan dengan sistem pembelajaran ini ? kan sistem ini cenderung menuntut kreativitas dr guru

    BalasHapus
  6. Artikel ini memberikan tambahan informasi pada saya sebagai calon guru bagaimana cara sebuah pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa. Menurut saya, pembelajaran bermakna sangat baik diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat lebih memaknai apa yang dipelajarinya. Belajar bukan hanya sekedar transfer ilmu "hafalan" tetapi belajar adalah sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu dan menerapkan apa yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar akan lebih bermakna bila informasi yang baru didapat dikaitkan dengan pengalaman masa lalu. Umumnya, orang lebih mudah memahami suatu hal yang baru bila orang tersebut telah memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan hal baru tersebut. Pembelajaran bermakna bisa juga didapat dengan mempraktikkan langsung suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari, karna dengan mempraktikkan, siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tersebut.

    BalasHapus
  7. Pembelajaran bermakna memang sangat bagus untuk diterapkan dalam suatu pembelajaran, yaitu dengan tujuan agar siswa mendapatkan ilmu/ informasi yang bermakna dari dunia pendidikan dan menjadikan mereka siswa yang yang berpengetahuan luas!!!! akan tetapi banyak anak-anak didunia ini yang kurang mampu,misalnya mereka tidak bisa melanjutkan pendidikanya ataupun sebagian diantara mereka mengalami cacat fisik?!bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut agar si anak tetap mendapatkan informasi-informasi yang bermakna layaknya anak-anak normal pada umumnya????

    BalasHapus
  8. Tulisan di atas sangat informatif bagi kami. Materi pelajaran dapat lebih mudah dipahami siswa jika materi yang sedang diajarkan berkaitan dengan materi yang telah dipahami siswa sebelumnya. Saya sangat setuju dengan pernyataan para ahli. Dalam masa belajar di sekolah, saya lebih mudah memahami materi yang diberikan guru dengan pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah saya miliki, walaupun hanya beberapa guru yang mengajar dengan cara tersebut. Saya berharap bisa menerapkan pembelajaran bermakna bagi siswa, agar mereka bisa lebih baik dalam belajar.

    BalasHapus
  9. saya ingin menambahkan artikel di atas bahwa Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
    Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

    BalasHapus
  10. pembelajaran bermakna pembelajaran menghubungkan informasi yang didapatkan dengan informasi yang lain Kegiatan pembelajaran iniakan terlaksana jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak

    bagaimana cara kita untuk membuat rasa aman dan nyaman pada peserta didik? kenyamanan yang dimaksudkan diatas itu seperti apa?

    BalasHapus
  11. menurut pengalaman saya ketika menjadi siswa atau mahasiswa ya, rasa aman dan nyaman saat pembelajaran itu saat saya merasa tenang menikmati apa yang saya pelajari dan yang disajikan pengajar. sebaliknya saat tidak merasa aman dan nyaman, saya akan gusar saat pelajaran, selalu melirik jam dinding dan berharap waktu cepat berlalu hingga jam pelajaran usai. "yes....akhirnya matapelajaran itu selesai juga", tapi itu terasa sangat lama. hingga akhirnya malas untuk masuk sekolah, bolos atau meremehkan penjelasan guru. bisa dibayangkan jika Sang Guru sadar bahwa beliau juga turut andil dalam kasus tersebut. wow....pasti kecewa gitu.therefore, something is meaningfull if it can touch our heart.

    BalasHapus
  12. Pembelajaran bermakna menekankan pada kebutuhan siswa,dimana siswa dengan sendirinya akan belajar atau mencari informasi yang dibutuhkan.Guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi proses pembelajaran siswa.Pembelajaran bermakana membantu guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Pembelajaran bermakna mampu membuat susana belajar yang menyenangkan karena anak dengan sendirinya belajar,dan melakukan sesuatu bukan karena takut akan hukuman ataupun ingin mendapat pujian,Pembelajran bermakna membuat siswa mendapat kepuasan saat berhasil mengerjakan suatu tugas.

    BalasHapus
  13. materi yang disampaikan bapak rudi sudah sangat lengkap. disini saya dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran bermakna memang sangat baik diterapkan bagi siswa agar mereka lebih memahami materi secara utuh dan lebih lengkap sehingga dapat mudah masuk ke dalam memori jangka panjang siswa, selain itu dampak lainnya adalah siswa mendapat banyak manfaat sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari.
    sedikit menambahkan : Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
    Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
    1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
    2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
    3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
    4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

    BalasHapus
  14. Informasi yang disajikan sudah lengkap dan dapat menambah pengetahuan kita, sepengetahuan saya peranan guru dalam pembelajaran di kelas seharusnya tidak hanya sekadar menyampaikan informasi kepada peserta didik. Kehadiran guru di ruang kelas lebih dari itu, melaksanakan peranan ganda sebagai motivator, mediator, dan creator pembelajaran. Dengan peran ini diharapkan tercipta suasana belajar dan mengajar yang kondusif dan menyenangkan. Inilah tugas guru yang paling berat jika dibandingkan dengan dosen yang mengajar orang-orang yang sudah dewasa. Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dapat diupayakan, salah satunya dengan menciptakan strategi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran menitikberatkan pada bagaimana proses belajar siswa. Dalam hal ini peran guru sebagai penyampai informasi dinomorduakan. Pembelajaran secara nyata berorientasi pada bagaimana siswa belajar bukan berorientasi pada bagaimana guru mengajar. Sehingga pembelajarn tersebut akan bermakna bagi siswa apabila ada informasi dan pengetahuan baru yang terstruktur

    BalasHapus
  15. Artikel ini sangat bermanfaat karena menambah informasi dan wawasan bagi guru..
    Menurut saya Pembelajaran bermakna ini diterapkan pada siswa SMP, karena diusia merekalah seorang anak serba ingin tahu dan cpt bosan jika materi yg disampaikan oleh guru membosankan.
    Jika boleh disimpulkan secara singkat yakni, aktivitas-aktivitas yang bermakna (meaningful activities) bagi siswa yang dapat diberikan oleh guru haruslah bersifat:

    a. Dirancang secara tepat
    b. Merangsang dan memacu belajar siswa.
    c. Otentik
    d. Menghubungkan materi pelajaran/aktivitas pembelajaran dengan pengalaman mereka di kehidupan nyata.
    e. Adil dan menghargai semua siswa.

    BalasHapus
  16. Mengapa pembelajaran bermakna (meaningfull learning) dirasa efektif dalam membelajarkan anak?

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus