Perbaikan pembelajaran
dimulai dari upaya mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara
mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara manusia
mengkonstruksi pengetahuannya terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang
dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau
peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga, manusia
akan mengkonstruksi dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan
seseorang merupakan konstruksi dari dirinya. Manusia dapat mengetahui sesuatu
dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan
lingkungannya, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, mambau, atau
merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ditentukan melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak
seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya, pengetahuan dan
pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
A. Pengertian
Kontruktivisme
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa
yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Hal tersebut menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme
mempunyai beberapa konsep umum yaitu:
- Siswa aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
- Dalam konteks pembelajaran, siswa membina sendiri pengetahuan mereka.
- Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh siswa sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
- Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
- Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang siswa menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
- Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman sehari-hari untuk menarik minat siswa.
B. Ciri-ciri
Konstruktivisme
Proses
belajar jika dipandang dari pendekatan kognitivisme adalah perolehan informasi
yang berlangsung tidak satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan
sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi
dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan atau fakta-fakta yang terlepas-lepas. Proses pemberian makna
terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara
sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial
yang unik, yang terbentuk dalam budaya kelas maupun diluar kelas. Oleh sebab
itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam
memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan lingkungan belajarnya saja
Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan yaitu aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun pada akhirnya yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar
adalah niat belajar siswa sendiri.
Berdasarkan
konsep umum kontruktivisme, hal terpenting dalam pembelajaran adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa. Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri gagasannya, dan mengajak siswa agar menyadari
dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat
memberikan tangga kepada siswa yang membantu mereka mencapai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi, tetapi tetap diupayakan agar siswa itu sendiri yang
memanjatnya. Ciri-ciri kontruktivisme adalah:
- Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
- Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
- Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
- Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
C. Implikasi
Kontruktivisme dalam Pembelajaran
Paradigma konstruktivisme
memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal
tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Dalam
belajar konstruktivisme guru atau pendidik berperan membantu agar proses mengkonstruksi
pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa
satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya. Peranan
kunci guru dalam interaksi pembelajaran adalah pengendalian, yang meliputi:
- Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
- Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
- Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
Pendekatan konstruktivisme
menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan,
media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan
terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya
secara rasional.
Pandangan konstruktivisme
mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai
pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta
aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Pandangan konstruktivisme
mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi
dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Konstruktivisme
mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan
dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan konstruktivisme
mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam menginterpretasikan
kejadian, objek, dan pandangan terhadap dunia nyata, dimana interpretasi
tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.
Teori
belajar konstruktivisme mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan
informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan
mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat
membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia
eksternal. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivisme dapat diarahkan pada
tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses
berfikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan” pada taksonomi Merril,
atau “strategi kognitif” dari Gagne, serta “sintesis” pada taksonomi Bloom.
Juga mengkonstruksi pengalaman siswa, dan mengarahkan evaluasi pada konteks
yang luas dengan berbagai perspektif.
D. Kelebihan
dan Kekurangan Konstruktivisme
Kelebihan
kontruktivisme adalah siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan
gagasan dan membuat keputusan. Siswa
dapat lebih paham karena terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, dan mereka dapat mengapliksikannya dalam semua situasi. Selain
itu siswa terlibat secara langsung dan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih
lama terhadap semua konsep yang dipelajarinya. Di samping itu, kemahiran sosial diperoleh ketika
berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru sehingga:
- memunculkan kesadaran bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa sendiri,
- mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya,
- membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri,
- menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Sedangkan
kekurangan atau kelemahan dari konstruktivisme dapat kita lihat dalam proses
belajarnya yaitu peran guru sebagai pendidik menjadi lebih pasif (hanya sebagai
fasilitator) dan dapat timbul persepsi yang berbeda antara siswa satu dengan
yang lainnya.
di bawah ini,sintak pembelajaran krontuktivisme
BalasHapusAdapun langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme antara lain:
NO Fase Kegiatan/tingkah laku
I. Fase Eksplorasi
Dalam fase ini seorang guru memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada saat itu
kegiatan/tingkah laku
1)Guru memancing pengetahuan awal siswa melalui cerita yang diberikan
2)Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai perubahan kenampakan pada muka bumi
3)Guru mengenalkan berbagai mecam benda yang ada di atas mejannya
II. Fase Klarifikasi
Pada fase ini imformasi berupa pengetahuan awal siswa diperdalm agar bias menambah pengetahuan siswa mengenai materi yang dipelajari
kegiatan/tingkah laku :
1)Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
2)Guru membimbing masing-masing kelompok dalam melakukan kegiatan praktis mengenaiparubahan kanampakan pada bumi
3)Masing-masing kelompok membecakan hasil diskusinnya
4)Guru dan siswa menyimpilkan hasil diskusinya yang telah dipelajari
5)Guru memberikan penghargaan kelompok
III. Fase Aplikasi
Pada fase ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar bias mengetahuai apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan.
kegiatan/tingkah laku:
1)Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran
2)Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
diambil dari:
http://aprila-wati.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-konstruktivisme.html
Info yang bagus pak. Pembelajaran konstruktivisme melatih siswa untuk berpikir mandiri, mengambil keputusan, selain itu terdapat interaksi sosialnya juga. Sedangkan guru menjadi pengendali untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam berpikir sehingga guru cenderung berperan pasif. Tetapi kenyataannya pada beberapa guru hanya memberikan tugas (umumnya mengerjakan soal) pada siswanya tanpa adanya penjelasan, padahal materi yang ditugaskan adalah materi dasar yang belum pernah dimiliki siswa sama sekali padahal semestinya guru mengarahkan siswa. Akibatnya minoritas siswa yang berpikir mandiri dan mereka malah enggan mempelajari fisika. Apakah teori belajar konstruktivisme nanti akan digunakan di sekolah saat mengajar?ataukah hanya sekadar teori (kenyataannya guru bertindak pasif tapi cenderung membebani siswa dengan tugas yang menurut siswa kurang jelas)? Terima kasih
BalasHapusSetiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Sehingga,Guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun di dalam benaknya sendiri. Namun, hal ini juga tidak akan dapat berjalan tanpa peran seorang guru dalam mendampingi siswa dalam KBM, Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih tinggi namunpemahaman yang lebih tinggi namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator. Siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
BalasHapusAda dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
o Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
o Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Pembelajaran Konstruktivisme ini sangat membantu membangun pola berpikir kreatif siswa, selain itu mereka juga akan lebih memahami tentang materi yang mereka pelajari karena mereka terlibat secara langsung didalamnya, namun disini peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang.
Artikel di atas informasinya sangat bagus, dimana dijelaskan lengkap tentang pembelajaran konstruktivisme dari pengertian, ciri, implementasi dalam pembelajaran hingga kelebihan dan kelemahannya. Menurut saya mengenai pembelajaran konstruktivisme jika diterapkan dalam dunia pendidikan sangatlah bagus. Dimana belajar itu sendiri berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupan bisa lebih baik dari sebelumnya. Dan belajar menurut teori konstruktivistik adalah lebih dari sekedar mengingat, seseorang yang mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah, menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berbuat dengan berbagai gagasan. Karena murid itu sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka, dengan begitu akan sesuai dengan prinsip Student centered bukan Teacher Sentered. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dimana dalam teori konstruktivisme lebih menekankan murid untuk yang lebih aktif dari pada seorang guru, guru hanya sebagai fasilitator dan moderator. Murid diberikan kebebasan dalam mengelolah belajarnya ketika mendapat arahan dan perintah dari guru.
BalasHapusPostingannya bagus pak. Postingan ini membantu sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas mata kuliah metodologi penelitian. Menurutsaya, memang benar pembelajaran kontruktivisme itu siswa lah yg aktif dalam memahami materi tp peran guru disini masi kurang. Banyak nytanya di lapangan guru hanya memberikan tigas berupa mengerjkakan soal soal saja. Terimakasih pak.
BalasHapusinformasi yang baik dan lengkap, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang baik.
BalasHapussaya hanya ingin menambahkan, menurut saya, ada kekurangan lain dari teori belajar konstruktivisme selain yang disebutkan diatas. dalam teori belajar konstruktivis, pengalaman atau pengetahuan sebelumnya sangat penting dalam mencapai suatu konsep baru. sedangkan siswa yang memiliki pengalaman atau pengetahuan kurang akan sulit mendapatkan suatu konsep, berbeda dengan siswa yang memiliki banayak pengalaman akan lebih cepat dalam memahami konsep. sedangkan dalam satu kelas, siswa harus mencapai indikator yang sama.
maka, peran guru sangat penting. dan sebagai solusi, guru dapat meminta siswa dengan pengalaman lebih untuk menceritakan pengalamannya sebelum pembelajaran
Mau menambahkan pak:
BalasHapusPendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman, pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusUntuk memahami suatu materi pelajaran secara keseluruhan, siswa tentu dituntut untuk tidak hanya mengingat, memahami, dan mengaplikasikan, tetapi penting bagi mereka untuk dapat menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta agar siswa terlatih untuk menggunakan kemampuan berpikir mereka dalam membuat solusi bagi suatu permasalahan. Pendekatan konstruktivisme berbeda dengan pendekatan tradisional, di dalam kelas konstruktivis, seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan.
BalasHapusMenurut saya, pendekatan konstruktivisme ini erat kaitannya dengan model pembelajaran inquiry, karena siswa dituntut untuk dapat menemukan atau menyelesaikan permasalahan yang ada pada materi pembelajaran dengan temuannya sendiri.
Seperti halnya pada pendekatan inkuiri pendekatan konstruktivisme bertujuan untuk melibatkan siswa secara penuh, mulai dari permasalahan awal, berfikir kritis, melakukan observasi dan atau ekperimen sampai pada tahap pengambilan keputusan dan keismpulan , siswa terlibat penuh di dalamnya sehingga guru lebih tepat sebagai fasilitator.
BalasHapusMenurut teori konstruktivis ini siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar, mengembangkan gagasan dan membuat keputusan dari suatu masalah yang mereka hadapi baik masalah yang kongkrit maupun abstrak. Siswa dapat lebih paham karena terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, dan mereka dapat mengapliksikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih lama terhadap semua konsep yang dipelajarinya. Orang yang terlibat langsung dalam suatu aktivitas atau kegiatan, memori orang tersebut untuk mengingat hal akan lebih mudah, dan lebih berkemungkinan besar untuk masuk ke memori jangka panjang
BalasHapusMenurut saya teori belajar ini bagus sekali bapak, teori belajar konstruktivisme lebih menstimulus siswa untuk aktif memecahkan masalah dan kreatif mencari solusi-solusinya. Siswa dapat terlibat penuh dan guru sebagai fasilitator menjalankan perannya untuk mendampingi dan membimbing siswa jika terdapat hal yang kurang tepat. Teori belajar ini cocok digunakan untuk pembelajaran Fisika yang kita tahu terdapat beberapa praktikum di dalamnya.
BalasHapusTeori ini bagus untuk siswa, karena siswa dapat beraktivitas ataupun bereksperimen sendiri dengan didampingi guru, menstimulus siswa untuk berpikir kritis dan aktif memecahkan masalah. siswa di beri kewenangan penuh untuk menggali ide mereka sendiri, tetapi di dampingi dengan bimbingan guru.
BalasHapusmenurut saya teori belajar konstruktivisme ini menarik untuk diterapkan pada pembelajaran fisika karena dalam pembelajarannya metode penyampaiannya di awali dari penyampaian permasalahan awal, kemudian dituntut untuk berfikir kritis, melakukan experimen sampai pada tahap pengambilan keputusan dan keismpulan , siswa terlibat penuh di dalamnya sehingga guru lebih tepat sebagai fasilitator. dengan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran maka materi yang disampaikan akan mudah difahami dan melekat lebih lama. informasi dari bapak juga sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah yaitu metodologi penelitian....
BalasHapusTeori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
BalasHapus1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.