Jumat, 16 November 2012

Teori Belajar Konstruktivisme


Perbaikan pembelajaran dimulai dari upaya mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga, manusia akan mengkonstruksi dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan seseorang merupakan konstruksi dari dirinya. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungannya, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, mambau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.

Senin, 12 November 2012

Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik). Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat perubahan perilaku, dan pada proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan penjelasan penguatan (reinforcement) eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak hanya didorong oleh kekuatan dari dalam saja, tetapi juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan.

Minggu, 11 November 2012

Teori Belajar Humanisme

Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator. Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan sasaranya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Tokoh-tokoh pendukung humanisme diantaranya adalah:

Sabtu, 10 November 2012

Teori Belajar Kognitivisme


Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme adalah:

Teori Belajar Behaviorisme


Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa tokoh yang mendukung teori behaviorisme adalah:

Kamis, 22 Maret 2012

Pembelajaran Berbasis Masalah

Sejak manusia pertama ada di bumi ini,  ada bentuk pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran manusia dalam menangani masalah dasar diantaranya masalah untuk bertahan hidup, menemukan makanan, tempat tinggal, dan melindungi diri terhadap musuh. Barrows (1980) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Leaning/PBL) sebagai:Pembelajaran yang dihasilkan dari proses kerja terhadap pemahaman kedalaman masalah. Masalah diperoleh dari apa yang ditemui pertama dalam proses pembelajaran”. Pembelajaran berbasis masalah merupakan bagian dari pergeseran dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg, 1995). Fokusnya adalah pada apa yang dipelajari siswa bukan apa yang sedang diajarkan guru (Lloyd-Jones, Margeston dan Bligh, 1998).

Rabu, 11 Januari 2012

Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia abad 21, pembelajaran harus mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh UNESCO dalam wujud empat pilar pendidikan (“the four pillars of education” ) yaitu : belajar untuk mengetahui (“learning to know”), belajar melakukan sesuatu (“learning to do”), belajar menjadi diri sendiri (“learning to be”), dan belajar hidup bersama (“learning to life together”) sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia.