Sabtu, 10 November 2012

Teori Belajar Kognitivisme


Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme adalah:

A. Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat tahap utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  1. Tahap sensorimotor
  2. Tahap praoperasional
  3. Tahap operasional konkrit
  4. Tahap operasional formal
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Perubahan skema tersebut meliputi:
  1. Asimilasi yaitu proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
  2. Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
  3. Equilibrium yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Melalui proses asimilasi dan akomodasi, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan seimbang. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
B. Robert Gagne (Teori Pemrosesan Informasi)
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu:
  1. Motivasi
  2. Pemahaman
  3. Pemerolehan
  4. Penyimpanan
  5. Ingatan kembali
  6. Generalisasi
  7. Perlakuan
  8. Umpan balik
 C. Bruner
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
  1. Enaktif (aktivitas)
  2. Ekonik (visual verbal)
  3. Simbolik
Bruner membedakan dua proses yang berkaitan dengan kategori yaitu:
  1. Pembentukan konsep (mempelajari konsep yang berbeda)
  2. Konsep tingkat (mengenali sifat yang menentukan kategori) 
Bruner berpendapat bahawa pembentukan konsep merupakan proses yang terjadi pada anak umur 0-14 tahun, sementara konsep konsep tingkat terbentuk pada usia 15 tahun atau lebih. Konsep dibagi dalam tiga kategori yaitu:
  1. Konsep konjungtif: Konsep ini merujuk kepada konsep yang mempunyai beberapa bagian yang tergabung dan tidak terpisahkan ataupun terkurangkan. Apabila salah satu bagian ini diabaikan, maka, konsep tersebut menjadi kurang lengkap.
  2. Konsep disjungtif: Konsep ini merujuk pada bagian-bagian yang tergabung di dalam suatu konsep dan ini boleh digunakan dalam satu situasi ataupun situasi yang lain. 
  3. Konsep hubungan: Konsep ini merujuk pada hubungan khas antara satu sama lain yang terwujud diantara bagian-bagian tersebut. Kebanyakkan hubungan ini terdiri dari bagian-bagian yang mengandungi masa dan ruang.
Selain itu Bruner berpendapat bahwa fungsi konsep utamanya adalah menyusun informasi pada sifat-sifat umum bagi suatu kumpulan objek atau gagasan, dengan tujuan agar lebih ringkas, mudah difahami, mudah dipelajari dan mengingatnya. Bruner juga berpendapat bahwa bahasa merupakan medium yang penting dalam perkembangan kognitif manusia. Bruner mempercayai bahwa manusia memulai tindakan sebagai usaha memahami alam sekitar, dan apabila tindakan tidak mencukupi, ia akan beralih pada penggunaan gambar atau simbol yang mana bahasa sangat memainkan peranan. 

D. Ausubel (Teori Belajar Bermakna)
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
  1. Memperhatikan stimulus yang diberikan
  2. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

E. Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
  1. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
  2. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
  3. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
  4. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
  5. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.

13 komentar:

  1. ( RIA OKTAVIASTUTI / 103184201 / PFNR 2010 )

    pada postingan ini sangat menarik dan bermanfaat sekali :). isi dari postingan ini yaitu mengenai teori belajar kognitivisme sudah cukup jelas bahwa asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.jadi pada teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. pada postingan ini juga terdapat penjelasan tentang Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme yang sudah cukup jelas. saya ingin menambahkan yaitu :

    Ciri-ciri Aliran Kognitivisme

    a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
    b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
    c) Mementingkn peranan kognitif
    d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
    e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

    Aplikasi teori Kognitivisme :

    Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

    Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme

    a. Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.

    b. Kelemahannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

    sekian dari saya terimakasih

    SUMBER : http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html

    BalasHapus
  2. Artikel/postingan dari bapak ini mengenai Teori belajar kognitivisme bagus sekali karena dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran tentang teori belajar dan dapat membantu untuk mempermudah menggali informasi lebih cepat dan tepat tentang Teori belajar kognitivisme.

    Berpijak pada teori belajar kognitivisme seperti dijelaskan di atas, maka untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi.

    sumber : http://hediati-mahardika.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-kognitivisme.html

    BalasHapus
  3. FAUZIYATUN NAZIFATUL IFFAH/103184049/PFR 2010)
    Artikel/postinganan ini jelas tentang teori belajar kognitivisme, setuju sekali dengan komentar-komentar sebelumnya. Artikel ini bagus dan tepat untuk pegangan guru semua tingkat satuan pendidikan, dan cocok pula sebagai pegangan siswa ataupun mahasiswa,,
    Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
    Ada sedikit tambahan yang saya sampaikan yaitu :
    Prinsip kognitivisme banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
    Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
    Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
    Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
    Namun masih ada beberapa kritikan untuk teori ini, yaitu :
    Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah
    Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam benak setiap siswa.

    Konsekuensi dari pengaplikasian teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, mengharuskan guru memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

    Mungkin itu kesimpulan yg berhasil saya ambil, dan beberapa pernyataan yang dapat saya sampaikan.......Semoga bermanfaat :)

    Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CHAQFjAH&url=http%3A%2F%2Fblog.tp.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F4388%2Fdownload-teori-kognitivisme-tugas-hari-senin1.doc&ei=8ly0UOOHA4fMrQeKxoHgBA&usg=AFQjCNE6xr1TtpQ2zF3-I_5fcwgUtvuyJA

    BalasHapus
  4. Postingan ini sangat menarik dan sangat bermanfaat. Dimana dapat memeberikan pengetahuan tambahan kepada mahasiswa kependidikan tentang teori belajar kognitivisme.
    Jadi bisa disimpulkan bahwa Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Adapun teori yang tekenal antara lain :
    1. Jean Piaget, teorinya disebut "Cognitive Developmental" yang Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
    2. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner, yang dimana Burner memandang perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
    3. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, yang mengatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.

    Sumber : http://pbi11.blogspot.com/2012/04/teori-belajar-kognitivisme-dan.html

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata-mata membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri Guru membantu membuat informasi yang sangat bermakna dan relevan bagi siswa.
    Suatu revolusi atau perubahan mendasar sedang terjadi di dalam psikologi pendidikan. revolusi ini muncul dengan nama teori pembelajaran kontruktivisme. Hakekat dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Brooks,1990; Leinhardt,1992)

    BalasHapus
  7. postingan bapak mengenai teori belajar kognitif sudah jelas dan lengkap,
    sedikit menambahi saja

    Teori Perkembangan Model Kognitivisme
    Berpijak pada tiga teori belajar seperti belajar kognitif, kognitif bruner dan belajar bermakna Ausubel, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
    sumber :http://blog.um.ac.id/zakydroid88/2011/11/26/teori-belajar-kognitivisme/

    BalasHapus
  8. Konten ini bagus untuk referensi mengenai teori belajar untum mata kuliah disemester 2.
    hanya untuk melengkapi ada sedikit informasi dibawah ini:
    Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu:
    a.Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
    Ciri-ciri tahap sensorimotor :
    1)Didasarkan tindakan praktis.
    2)Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
    3)Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
    4)Mengenai periode sensorimotor:
    5)Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.
    6)Urutan periode tetap.
    7)Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.

    b.Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
    c.Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
    d.Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
    sumber: http://upi-luthfiahmad.blogspot.com/2012/03/makalah-teori-belajar-kognitif.html

    BalasHapus
  9. Kalau boleh tau pak, sumber dari artikel yang bapak posting darimana? Mungkin bisa jadi referensi tambahan. Pengalaman dulu pas kuliah teori belajar, kami kesulitan mencari referensi, dapetnya fotokopian lembaran dari dosen. Keterangan tambahan dari teman-teman juga sangat lengkap, mencantumkan creditnya pula

    BalasHapus
  10. materi ini sangat menarik dan sangat bermanfaat sebagai model pembelajaran di kelas
    di bawah ini saya menambahkan informasi baru mengenai ciri2 aliranb kognitivisme
    Ciri-ciri Aliran Kognitivisme

    a)Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
    b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
    c) Mementingkn peranan kognitif
    d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
    e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

    Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
    referensi:
    http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html

    BalasHapus
  11. trimakasih bapak atas tulisannya....disini saya jadi mengerti apa itu teori belajar Kognitivisme. Emm, dulu saya pernah diajarkan waktu PPD tapi saya ndag mudeng. jadi makasih.
    menurut saya hal yang sangat ditekankan adalah pada
    Ciri-ciri Aliran Kognitivisme, seperti yang dijelaskan mbak okta diatas.

    a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
    b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
    c) Mementingkn peranan kognitif
    d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
    e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

    BalasHapus
  12. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut

    BalasHapus
  13. pak tolong jelaskan satu persatu dari ciri-ciri aliran Kognitivisme?

    BalasHapus