1. Pengertian Pembelajaran Inovatif
Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing, melatih. Oleh karenanya, tanggung jawab keberhasilan pendidikan berada di pundak guru. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya. Untuk itu, dibutuhkan guru yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif yang mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk menjadi guru yang profesional diperlukan pendidikan dan pelatihan serta pendidikan khusus.
Sesuai dengan perubahan paradigma pendidikan sehinggga terjadi perubahan peran guru yang tadinya hanya sebagai penyampai atau pengalih pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge), dan merupakan satu-satunya sumber belajar, telah berubah menjadi menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, mencari cara alternatif yang paling tepat seperti bahan belajar apa yang paling sesuai, metode penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling tepat, dan sebagainya. Guru diberikan keleluasaan untuk mengelola pembelajaran, dan harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan, oleh karena itu mental harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesionalnya. Yang dimaksud dengan profesionalisme di sini adalah kemampuan dan keterampilan profesional guru mulai dari tahap perencanaan, proses, serta evaluasi hasil belajar siswa.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam dunia pendidikan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang berasumsi bahwa siswa mempelajari segala sesuatu dapat dipermudah dengan menggunakan berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., yang semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.” Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru). Oleh karena itu, pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara sistem atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif akan tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
2. Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a. Teori Kognitif
Perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang tampak. Hal itulah yang mendasari teori kognitif. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda, lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan.
Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal. Yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna. Tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua acara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
b. Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Manusia akan belajar apa saja sepanjang dia membutuhkan. Dia tidak peduli dengan kognitif yang aktual atau pengalaman yang telah dialaminya.
Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan
individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, kita perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman. Guru sebagai fasilitator harus memberikan konteks pengiring untuk belajar dan tidak memberikan misi pribadi guru untuk dijejalkan ke siswa berdasarkan pengalaman guru sebelumnya.
c. Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Gestalt berarti bentuk yang terdiri atas unsur-unsurnya. Beberapa unsur yang distruktur dapat menghasilkan efek sinergis yang merupakan Gestalt.
Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar diperoleh karena lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Lingkungan tidak secara langsung mengubah tingkah laku. Perpustakaan sekolah tidak akan berfungsi jika guru tidak memfungsikannya. Selain itu, motivasi merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. Di samping itu, motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
3. Perlunya Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran
Pandangan yang beranggapan bahwa mengajar hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan sudah harus ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman. Setidaknya ada tiga alasan penting yang mendasari perlunya ada
perubahan dalam paradigma pembelajaran. Ketiga hal tersebut sebagai berikut.
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itulah, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi, tugas, dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit, namun justru semakin kompleks. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan tetapi ia juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang
dianggap perlu dan penting untuk kehidupan siswa. Guru harus menjaga siswa agar tidak terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat menyesatkan dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan siswa. Karena itu, kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru dalam pembelajaran. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai
pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafalkan informasi, menghafalkan rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informassi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini anggapan manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik, telah banyak ditinggalkan orang. Pandangan terbaru dalam bidang psikologi mengatakan bahwa manusia adalah organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran kognitif holistik. Potensi itulah yang menentukan perilaku manusia. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini, siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu
tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa itu sendiri.
Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam pembelajaran. Pembelajaran jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
4. Paradigma Konstruktivistik
Menurut paradigma konstruktivistik, ilmu pengetahuan bersifat sementara terkait dengan perkembangan yang dimediasi baik secara sosial maupun kultural, sehingga cenderung bersifat subyektif. Belajar menurut pandangan ini lebih sebagai proses regulasi diri dalam menyelesikan konflik kognitif yang sering muncul melalui pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi. Belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab atas peistiwa belajar dan hasil belajarnya. Siswa sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Belajar merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditujukan untuk
memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga menjadi semakin sempurna.
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan modelmodel yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual.
Hal yang lebih penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi siswa, investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer (bukan hanya buku teks), menghargai pikiran siswa, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran.
Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian “menirukan”suatu proses yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam laporan atau quis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk membantu siswa dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
- Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
- Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
- Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
- Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
- Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
- Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.
- Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
- Mengelaborasi respon awal siswa.
- Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
- Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan tugas-tugas.
- Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.
Artikel yang cukup membantu saya sebagai calon guru, memang benar pembelajaran inovatif diperlukan dalam pembelejaran di kelas, tapi saya masih bingung pak bagaimana memulainya membangun rasa kreatif dan inovatif pada guru?
BalasHapusPembelajaran inovatif merupakan juga pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Dalam dunia pendidikan perlu inovasi-inovasi yang baru dan tiada henti untuk menningkatkan hasil belajar peserta didik.
BalasHapusmb alifah :) menurutku, guru harus banyak pengalaman, banyak membaca, jangan takut ber'eksperiment, paham dan tanggap akan kesulitan yg dhadapi siswa.
BalasHapusDalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, pada umumnya guru menggunakan metode secara sembarangan. Penggunaan metode secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe kinerja yang menjadi sasaran belajar.terus bagaimana kita sebagai calon guru agar dapat menggunakan pembelajaran inovatif ini di sekolah, dengan melihat keunggulan dari pembelajaran ini????
BalasHapusPembelajaran inovatif ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya; Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa menjadi lebih tinggi dan Lingkup hasil belajar menjadi lebih komprehensif. Serta pembelajaran inovatif tidak saja menekankan pada hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap. Namun, pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lebih lama karena dilakukan untuk mencapai banyak hasil belajar.
BalasHapuspembelajaran inovatif memang memiliki banyak kelebihan, namun belum banyak diterapkan di lapangan karena keterbatasan sarana prasarana yang disertai kurang optimalnya kreativitas para pendidik. untuk dapat menerapkan pembelajaran ini di kelas pendidik harus mengoptimalkan kreativitas yang dimiliki, selain itu terlebih dahulu pendidik juga harus memahami apa itu pembelajaran inovatif, bagaimana kondisi kelas serta apa saja sarana prasarana yang ada dan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran inovatif ini.
BalasHapusartikel pembelajaran inovatif ini sungguh sangat bermanfaat, apalagi klo kedapatan ngajar di pedalaman sana, yg jauh dari namanya medernisitas kota, dan pendidikan dituntut sama merata bagi semua pelosok negeri. nah sebelum pembelajaran inovatif ini dikembangkan, alangkah baiknya kualitas pendidik khususnya dari unesa harus lebih baik dan mengajarkan ipa terpadu lebih baik dengan menggunakan pembelajaran inovatif ini. di tambah daya kreatif guru yang mampu membawa siswa kedalam pembelajaran bermakna dengan menggunakan pmbelajaran inovatif ini. Nah, bukan Guru Baru, tapi, "INI BARU GURU" terimakasih Pak artikelnya buat persiapan jadi Guru yang siap ditempatkan di mana saja.
BalasHapusDalam setiap penemuan konsep Pembelajaran , hendaknya tidak membuang semua unsur yang telah ditemukan sebelumnya, misalnya Pembelajaran yang bermakna serta mengedepankan Pendidikan berkarakter harus tetap ditekankan pada Pembelajaran Inovatif Sebab Tujuan inilah yang ingin dicapai di dalam Pindidikan yang ada di Indonesia. Sebagai Calon guru, mari kita memadukan berbagai konsep, model dan strategi pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan materi yang tersampaikan secara utuh. Semangat Kawan.
BalasHapustrimakasih mb aini atas jawabannya.
BalasHapusPembelajaran inovatif disebut efektif bila dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Untuk itu pengajar perlu menyusun strategi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu membuatnya mencapai kompetensi yang di tentukan dalam tujuan pembelajaran.
Tidak semua guru kreatif dan inovatif.....Bagaimana menumbuhkan guru yang kreatif sedangkan banyak orang berprovesi sebagai guru yang hanya menganggap mengajar itu hanya sebatas pekerjaan saja untuk memenuhi kebutuhan hidup ????banyak model pembelajaran inovatif seperti Model Examples Non Examples, Picture And Picture,Numbered Heads Together,Cooperative Script dll. dari semua model pembelajaran inovatif banyak sintaks2 yang harus dipelajari seorang guru. memang pembelajaran inovatif sangat membantu tapi apakah guru yang harus menyesuaikan dengan pembelajaran inovatif atau apakah pembelajaran inovatif yang harus menyesuaikan kebutuhan guru.....???dan apakah semua guru sudah melaksanakan pembelajaran inovatif tersebut dengan baik ?
BalasHapusMemang dalam dunia pendidikan sekarang ini perlu adanya inovasi dalam pembelajaran. Sehingga dengan adany ainovasi yang lebih baik peserta didik dapat belajar dengan baik dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu seorang pendidik harus mengetahui konsep dari belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga dalam proses belajar siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Nach disini tugas besar kita sebagai calon guru untuk bisa memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.
BalasHapusTetapi dalam melaksanakan pembelajaran inovasi ini ada beberapa hambatan mungkin salah satunya keterbatasan waktu dan sumber daya ( fasilitas yang memadai). Bagaimana menghadapi itu semua untuk mewujudkan pembelajaran inovatif....
Artikel cukup membantu saya sebagai seorang guru untuk lebih memahami lebih jauh tentang pembelajaran inovatif,dimana Pembelajaran inovatif ternyata mengandung pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.selain itu,sosok seorang guru diajak untuk berkenalan dengan paradigma baru pendidikan, yang menekankan hadirnya prinsip pembelajaran yang inovetif dan keberanian seorang guru untuk melakukan inovasi. Dengan prinsip pembelajaran inovatif, seorang guru akan mampu memfasilitasi siswanya untuk mengembangkan diri dan terjun di tengah masyarakatnya.Hal ini dapat dipahami dengan memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran inovatif, yaitu: 1.pembelajaran, bukan pengajaran;2).guru sebagai fasilitator, bukan instruktur; 3)siswa sebagai subjek, bukan objek; 4) multimedia, bukan monomedia; 5) sentuhan manusiawi, bukan hewani; 6) pembelajaran induktif, bukan deduktif; 7.materi bermakna bagi siswa, bukan sekadar dihafal; 8) keterlibatan siswa partisipasif, bukan pasif.Selain memberikan beberapa prinsip dasar, pembelajaran inovatif juga menekankan adanya pola dan strategi pendidikan yang utuh. Pola dan strategi pendidikan yang menitik beratkan pada tercipanya kesadaran peserta didik pada dirinya sendiri dan lingkungannya.
BalasHapusTanggapan buat "Go na2_cik_cik_au" menurut saya, Guru lah yang harus menyesuaikan diri terhadap konsep pembelajaran, Soalnya karakter dari siswa itu tidak semua sama dan bisa dikatakan tiap generasi mempunyai karakteristik yang berbeda. Jadi, Guru garus menyesuaikan sesuai apa yang dihadapi di lapangan. Kalau kita lihat kenyataan dilapangan saat ini, keadaan guru masih memprihatinkan karena masih banyak guru yang tidak menyesuaikan diri untuk menggunakan konsep pembelajaran yang terbaru dan sistem pengajaran mereka cenderung "techer center". Hal ini yang perlu kita benahi, Kita sebagai calon guru harus menjadi pelopor Pembelajaran yang lebih bermakna. Semangat kawan.
BalasHapusartikel yang cukup membantu kami dalam mengembangkan sdm para guru
BalasHapusMeaningful learning occurs through reflection, cognitive conflict resolution, dialogue, research, hypothesis testing, decision making, are all intended to
BalasHapusrenew the individual's level of thinking so that it becomes more and more perfect
but too hard for teacher make some inovation if there is no IT skill
Kebanyakan masalah dilapangn :
BalasHapus"Kenyataan di lapangan masih sangat sedikit guru yang mau berinovasi". Semua kembali ke hati nurani guru itu sendiri.
Guru harus memikirkan bagaimana anak belajar dimana saja, tanpa beban tetap menjadi suatu yang asik dan bermanfaat.
Jadi, Inovasi hadir agar bisa menjadi "JEMBATAN" transfer ilmu
tapi sekali lagi untuk menerapkan model pembelajaran apapun dalam kelas, guru harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
BalasHapusDalam setiap proses belajar mengajar yang terpenting adalah bagaimana agar para siswa mampu memahami lebih dalam dan menerapakan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupannya sehari-hari,,,
BalasHapuspembelajaran inovatif merupakan salah satu metode lain yang bagus untuk di terapkan, sehingga di sana siswa diharapkan untuk memmbagun sendiri ilmu pengetahuannya...
beberapa pembelajran inovatif diantaranya :
BalasHapusB. Picture And Picture
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
C.Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
D. Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru
7. Penutup
E. Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan