Sabtu, 18 Juni 2011

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan faham konstruktivis yang berpandangan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan secara sadar strateginya sendiri dalam belajar, sedangkan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin, 1994; Abruscato, 1999). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

A. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994):
  1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
  2. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
  4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
  5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
  6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
  7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif dapat menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

B. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah (Carin, 1993):
  1. setiap anggota memiliki peran,
  2. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
  3. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya,
  4. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,
  5. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

D. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut (Lungdren, 1994):
1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi beberapa aktivitas meliputi:
  • Menggunakan kesepakatan yaitu menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
  • Menghargai kontribusi yang berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
  • Mengambil giliran dan berbagi tugas yang mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggungjawab tertentu dalam kelompok.
  • Berada dalam kelompok yaitu setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
  • Berada dalam tugas yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
  • Mendorong partisipasi yangi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
  • Mengundang orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
  • Menyelesaikan tugas dalam waktunya
  • Menghormati perbedaan individu
  • Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

E. Urutan langkah (Fase) dalam Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah (fase) yang harus dilakukan  guru dalam model pembelajaran kooperatif diuraiakan Arends (1997) sebagai berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3: Mengorganisasi siswa dalam kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

E. Tipe-tipe dalam Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sama, tetapi pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model. Tipe-tipe tersebut menurut Arends (2001) setidaknya ada empat tipe yaitu: 1) Student Teams Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkin, 2) Investigasi Kelompok yang dikembangkan pertama kali oleh Thelan, 3) Pendekatan Struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya, 4) Jigsaw yang pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Penjelasan lebih rinci tentang tipe-tipe pembelajaran kooperatif tersebut insyaallah akan dibahas pada posting mendatang. 

19 komentar:

  1. Sekedar menambahi artikel di atas..
    bahwasanya selama ini sebagian mahasiswa bahkan guru menganggap bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil (masing-masing kelompok biasanya beranggotakan 4-5 peserta didik). Namun anggapan tersebut tentunya kurang tepat, karena tidak semua pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok menggunakan model pembelajaran kooperatif.
    Dalam pembelajaran kooperatif yang ditekankan adalah pengembangan dan pembentukan keterampilan sosial. Keterampilan sosial tersebut mengindikasikan pembentukan karakter yang beberapa akhir ini dikembangkan di sekolah-sekolah. Beberapa diantara keterampilan sosial yang sering dikembangkan di sekolah yakni peserta didik dapat bekerja sama dengan kelomppoknya (berada dalam tugas) serta menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat temannya.
    Selain itu dalam pembelajaran kooperatif terdapat penghargaan untuk yang diperoleh dari perhitungan skor. Skor tersebut diperoleh dari kuis yang diadakan guru untuk masing-masing peserta didik (individu),sehingga akan didapatkan super team,great team, dan good team.

    Terdapat beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Masing-masing tipe tersebut memiliki karakteristik atau ciri masing-masing. Tidak semua materi cocok diterapkan dalam suatu tipe, oleh karena itu sebelum proses pembelajaran pendidik atau guru harus mengidentifikasi kondisi peserta didik dan kelas atau lingkungan belajar dengan sarana dan prasarana yang ada, serta mengidentifikasi materi yang akan disampaikan agar pembelajaran lebih mengena dan bermakna bagi pesertadidik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. berdasarkan keterangan yg mbk tmbahkan d atas tadi d sebutkan bahwa dalam pmbelajaran kooperatif terdapat penghargaan yg d peroleh....
      yg saya tanyakan penghargaan yg seperti apakah yg seharusnya d berikan kepada the great team, padahal penghargaan yg d berikan belum tentu dapat brkesan bagi anggota team trsebut.
      mohon pnjelasanya....
      mkch ^_^

      Hapus
  2. Sekedar menambahi artikel di atas.....
    Banyak peneliti menagatakan bahwa model pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif dapat :
    1. meningkatkan kemajuan belajar ( pencapaian akademik )
    2. meningkatkan kehadiran siswa dan sifat siswa lebih positif,
    3. menambah motivasi dan rasa percaya diri,
    4. menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya,
    5. mudah diterapkan

    Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pada siswa, berarti guru dan siswa akan memperoleh banyak manfaat anatar lain :
    1. mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir kritis
    2. menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berbeda latar belakangnya
    3. menerapkan bimbingan antar teman ( pear teaching )
    4. menciptakan lingkungan yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah.
    5. membangun sekolah dalam suasana kerjasama.

    Sedangkan menurut Linda Lungren (1994 : 120) dalam (Ibrahim, dkk. 2000 : 18) ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
    1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
    2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
    3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
    4. Memperbaiki kehadiran
    5. Angka putus sekolah menjadi rendah
    6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
    7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
    8. Konflik antar pribadi berkurang
    9. Sikap apatis berkurang
    10.Pemahaman yang lebih mendalam
    11.Motivasi lebih besar
    12.Hasil belajar lebih tinggi
    13.Retensi lebih lama
    14.Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

    BalasHapus
  3. Sekedar berbagi info :
    Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain:
    1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
    2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
    3) meningkatkan ingatan siswa, dan
    4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

    Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
    1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama,
    2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
    3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,
    4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,
    5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
    6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan
    7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif......... SEMOGA BERMANFAAT SEMANGAT SIIPPZ

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat au.Rozik bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan-keuntungan tertentu.Namun ada yang harus diingat sebelum menerapkan model ini, siswa hendaknya diberikan gambaran mengenai model pembelajaran ini sehingga nantinya ,mereka tidak menganggap kooperatif hanya sekedar berkumpul dalam kelompok.
      TERIMAKASIH...:)

      Hapus
  4. di dalam suatu pembelajaran, pasti terdapat beberapa kekurangan pula, namun kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.
    Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif.

    Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

    Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu :

    Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

    Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

    BalasHapus
  5. Menambahkan dari pendapat teman teman yang telah diutarakan....


    Roger & David mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Sedangkan pengelolaan kelas cooperative learning berupa pengelompokan, semangat cooperative learning dan penataan ruang kelas.

    Orlich, et al menyebutkan 5 (lima) karakteristik pembelajaran kooperatif. Karakteristik yang dimaksud adalah uses small groups of three of four students (microgroups), focuses on tasks to be accomplished, requires group cooperation and interaction, mandates individual responsibility to learn and support division of labor. Kelima karakteristik yang dimaksud adalah:

    1) menggunakan kelompok kecil tiga atau empat orang siswa,
    2) berfokus pada penyelesaian tugas-tugas,
    3) terjadi kerja sama dan interaksi kelompok,
    4) tanggung jawab pribadi untuk belajar, dan
    6) mendukung kerja kelompok.

    Dalam pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan beberapa teknik. Slavin (menyebutkan: Three are general cooperative learning methods adaptable to most subjects and grade levels: student teams-achievement divisions (STAD), team-games-tournaments (TGT), and jigsaw II. Sedangkan Stahl menyebutkan bahwa selain tiga teknik tersebut dapat juga dikembangkan teknik lain, seperti Jigsaw III, Achieving cooperative learnig thoght structured, Group investigation, Co-op co-op, The Pro-con cooperative group strategy dan the cooperative group research paper project.
    Pembelajaran kooperatif, selain membutuhkan kerja sama yang baik dalam kelompok, juga membutuhkan tanggung jawab individu dan kelompok. Lungdren memandang bahwa dalam cooperative learning terdapat unsur sebagai berikut: para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama “, para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain, para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama, para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab, para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan, para siswa berbagi kepemimpinan dan keterampilan bekerjasama selama belajar, dan setiap siswa mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

    Sehubungan dengan itu, Stahl menyebutkan bahwa bahwa terdapat 10 unsur mendasar dalam pembelajaran kooperatif:

    (1) clear set of specific student learning outcome objectives,
    (2) common acceptance of the student outcome objectives,
    (3) positive interdependence,
    (4) face-to-face interaction,
    (5) individual accountability,
    (6) public recognition and rewards for group academic success,
    (7) heterogeneous groups,
    (8) positive social interaction behavior and attitudes,
    (9) postroup reflection (debriefing) over group process, and
    (10) sufficient time for learning.

    Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa terdapat sepuluh unsur mendasar dalam setiap pembelajaran kooperatif. Kesepuluh unsur tersebut adalah seperangkat tujuan khusus hasil pembelajaran siswa, penerimaan umum terhadap tujuan hasil siswa, interpendensi positif, interaksi tatap muka, pertanggungjawaban individu, pengakuan publik dan penghargaan bagi keberhasilan akademik kelompok, kelompok heterogen, perilaku dan sikap interaksi sosial positif, renungan pasca kelompok (debriefing) mengenai proses kelompok, dan waktu belajar yang cukup.

    BalasHapus
  6. sebagai tambahan saja bahwa...
    menurut ibrahim, Manfaat pembelajarn kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain :
    a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,
    b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi,
    c) memperbaiki kehadiran,
    d) angka putus sekolah menjadi rendah,
    e) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
    f) perilaku menganggu menjadi lebih kecil,
    g) konflik antar pribadi berkurang,
    h) sikap apatis berkurang,
    i) pemahaman yang lebih mendalam,
    j) motivasi lebih besar,
    k) hasil belajar lebih tinggi,
    l) retensi lebih lama,
    m) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi

    BalasHapus
  7. Pembelajaran Kooperatif sebagai bentuk wadah pembelajaran yang tentunya memberikan manfaat yang banyak bagi siswa. Pembelajaran ini menekankan pada kemampuan seorang siswa dalam menanamkan rasa sosialnya terhadap siswa yang lain. Siswa dituntut mengasah diri untuk bisa berdiskusi dan berkomunikasi dengan siswa lainnya, saling tukar pendapat dan informasi baru.

    Dalam pebelajaran ini, setiap siswa didorong untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan dimiliki sebelumnya. Untuk disharingkan dan diinformasikan ke siswa lainnya. Pembelajaran ini menekankan bahwa, semua informasi diperoleh dari temannya sendiri. Sedangkan Guru, sebagai fasilitator bagi semua siswa. melengkapi kekurangan yang dimiliki siswa, atau juga guru mendapat ilu baru dari siswanya... menyenangkan juga.. berbagi ilmu namanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan pendapat wonktzo_maysmartboy,dalam pembelajaran kooperatif memang siswa dituntut untuk berdiskusi dan berkomunikasi dengan siswa lainnya. Karena tujuan dari pembelajaran kooperatif selain siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, siswa juga bertanggung jawab atas pembelajaran teman-teman mereka yang merupakan salah satu unsur dasar pembelajaran kooperatif (para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”). Pembelajaran kooperatif akan menjadikan siswanya belajar mandiri (siswa yang mandiri) dalam mencari /mengembangkan konsep dengan mengoptimalkan kerja sama dengan antar siswa.

      Hapus
  8. Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa
    Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

    Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini . Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat .

    BalasHapus
  9. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memenfaatkan seluruh energi sosial siswa dan saling mengambil tanggung jawab. Model ini sangat membantu siswa untuk belajar pada setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

    Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan rendah (terdiri dari siswa yang Heterogen)hingga mereka bekerja sama dengan baik menjadi satu tim. Kelompok yang heterogen dimaksud dengan berbagai kemampuan siswanya, jenis kelamin, dan status sosialnya dll.

    BalasHapus
  10. Artikelnya sangat bagus pak :)
    tetapi ada beberapa wacana dari artikel tersebut yang masih belum bisa saya mengerti. misalnya ini:
    "Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas."
    yang saya tanyakan: Apakah guru memiliki peranan dalam mengajarkan keterampilan kooperatif ini pada siswa? lalu kapan saat yang tepat untuk guru mengajarkan keterampilan kooperatif ini? Apakah saat guru melaksanakan pembelajaran kooperatif atau terserah dipembelajaran tipe apapun guru dapat mengajarkan keterampilan kooperatif ini pada siswa?

    BalasHapus
  11. sekedar menambahkan saja pak...
    selain tipe pembelajaran kooperatif diatas masih ada lagi yaitu TAI, CIRC, NHT, dan TPS (Think Part Share)
    pada pembelajaran TPS dimana siswa dibagi dalam 2 pasang dimana guru memberikan suatu permasalahan, kemuadian siswa mencari pemecahannya yang didiskusikan dengan pasangannya kemudian disharekan dengan temannya,
    Pembelajaran kooperatif ini mengajarkan siswa untuk belajar mandiri karena mereka dilatihkan cara perolehan suatu kosep sehingga siswa-pun ikut andil dalam proses pembelajaran dikelas, siswa tidak hanya bersifat pasif yang hanya menerima informasi dari guru tetapi juga ikut aktif dalam pembelajaran tersebut,,,,
    sekian terimaa kasih

    BalasHapus
  12. informasi yang disajikan sangat membantu bagi para guru dalam mengajarkan proses pembelajarannya...
    hendaknya guru harus dapat melihat kebutuhan siswa mengenai suatu materi pembelajaran...
    dengan adanya model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa bersemangat dan senang karena pembelajaran kooperatif siswa diajak secara langsung dalam kelompok untuk mengatasi masalah mereka sehingga mereka di tuntut untuk mandiri...
    semoga para guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif ini dengan baik di lapangan

    BalasHapus
  13. Proses pembelajaran kooperatif ini sangat membantu para guru dalam proses menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam belajar dan berkarya...terutama bagi para guru yang siswanya mulai mengenal bangku sekolah agar siswanya tidak bosan belajar terus menerus di dalam kelas...

    BalasHapus
  14. sepertinya saya pernah membaca artikel tersebut. kalo tidak salah artikel tersebut mirip dengan isi PPT dari mata kuliah pembelajaran sains II. tapi terlepas dari itu semua, pembelajaran kooperatif memang menyenangkan. pada saat sma saya lebih suka belajar dengan cara berkelompok dari pada mendengar guru berceramah di depan kelas.

    BalasHapus
  15. setelah melihat judul dan gambar postingan ini. langsung tergambar semua apa yang ada dalam postingan ini. terutama istilah kooperatif. kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan sosial dan konsep. sehingga satu pembelajaran dapat dua manfaat sekaligus. postingan di buat bersegmen2, membuat pembaca lebih penasaran.

    BalasHapus
  16. isinya sangat kompleks dan gambarnya sudah sesuai dengan isi topik
    pembelajaran cooperative memang bagus diterapkan dalam KBM SMP terutama untuk pembelajaran IPA terpadu
    pembelajaran kooperatif ini tidak hanya menuntut siswa untuk bekerja sama tetapi juga guru harus bisa mengarahkan pembelajaran mereka. dan menurut saya itu bukan hal yang mudah. but, semangat guru muda generation. :)

    BalasHapus