Jumat, 22 Juli 2011

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan sosial. Berdasarkan hasil penelitian Slavin (1994) menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dari hasil penelitian Lundgren (1994), menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai, yaitu:
  • siswa dalam kelompoknya beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”,
  • siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri,
  • siswa melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama,
  • siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya,
  • siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
  • siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan belajar bersama selama proses belajarnya,
  • siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dibahas dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif penerapan konstruktivisme, karena beberapa pertimbangan sebagai berikut.
  • siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman sekelas, akan dapat menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan,
  • menjelaskan kepada temannya biasanya mengarah kepada suatu pemahaman yang lebih jelas dan sering menemukan ketidakkonsistenan pada pikirannya sendiri.
  • ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak peduli apakah solusi itu cocok atau tidak) kelompok memperoleh kesempatan berharga untuk mempelajari hasil yang diperoleh.
  • mengetahui bahwa ada teman sekelompok belum bisa menjawab, akan meningkatkan gairah setiap anggota kelompok untuk mencoba menemukan jawabannya.
  • keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban, akan menumbuhkan motivasi untuk menghadapi masalah baru.
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca.
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut.
  1. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
  2. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
  3. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Model Pembelajaran kooperatih tipe Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Satu contoh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  • guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
  • siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
  • siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2-4 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
  • guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
  • berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
  • kesimpulan/penutup.
Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2002).
Kagan menyatakan manfaat Think-Pair-Share sebagai berikut.
para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa

17 komentar:

  1. Assalam..
    bisa mnta nma pengarang, jdul, dan penerbit buku yang memuat pembelajaran tipe tersebut??

    BalasHapus
  2. Think Pair Share menurut saya memang salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang efektif dan efisien untuk diterapkan di dalam kelas. Tidak memerlukan banyak waktu untuk menyeting tempat dan sebagainya.

    Dengan adanya masalah yang diajukan guru untuk didiskusikan siswa secara berpasangan, siswa akan lebih terpacu dalam menggunakan pikirannya untuk menyelesaikan masalah, sehingga akan menumbuhkan ide2 yang variatif dan kreatif.

    Dan saya sangat setuju dengan pernyataan "Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran".

    BalasHapus
  3. I also agree with the statement that says TPS can help student to build their confident, since this type of cooperative learning is held in pair or in other word in a small group consist of only 2 students. This condition make the student that really unconfident feels more comfortable to expressed their thinking than in front of a whole class. This is a good beginning step for them to build their confidence. for the next development maybe they can include in a group with larger number of member by using other type of learning.

    BalasHapus
  4. We are sure that the model of cooperative learning is aimed to improve social and communication skill, generate critical thinking, and unify diversity among students. There are many methods of Cl model, one of them is TPS. I go for this paper, the TPS method is suitable for discussing deep and critics material. It depends not only on academic content but also authentic problem. So that it is better to be combined by other model, for example Problem Based Instruction and Discussion. So, this is very fortunate for both students and teacher.

    BalasHapus
  5. I do agree with the above statements but here we also should consider about the challenges thing of it. One of the biggest challenges of the think-pair-share is to get all students to truly be engaged. Obviously, instructors hope that they have selected questions that are sufficiently interesting to capture student attention. However, the instructor might also want to consider other ways to increase the likelihood of student participation. The instructor might offer a participation grade somehow tied to a short product students produce from their discussion. Or the instructor can find ways to increase student awareness of the likelihood their group might be called upon to share their answer with the entire class. The instructor might also consider using some of the think-pair-questions on exams and making it clear to students that is the case.

    BalasHapus
  6. Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit.

    Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur TPS memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional.

    Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.

    BalasHapus
  7. Menurut saya think pair share efektif diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, sebab hal tersebut melatihkan keterampilan sosial bagi siswa, Sehingga mereka belajar bagaimana berinteraksi dan berbagi ilmu dengan sesamanya. Selain itu mereka juga dilatihkan untuk lebih aktif berdiskusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Siswa juga lebih merasa nyaman untuk berkomunikasi sebab yang mereka hadapi itu merupakan teman mereka sendiri.

    BalasHapus
  8. TPS merupakan salah satu tipe/pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif yang sangat efektif diterapkan di kelas karena tipe TPS dapat diterapkan untuk semua materi dan tingkatan kelas siswa.
    TPS dapat melatihkan keterampilan kooperatif berfikir tingkat tinggi,peduli terhadap sesama.
    Permasalahan yang diajukan di dalam pembelajaran juga akan cepat terselesaikan oleh siswa karena setelah berfikir secara individu, siswa tersebut akan berdiskusi dengan pasangannya.

    BalasHapus
  9. Terdapat banyak metode pembelajaran yg bisa diterapkan.
    Namun metode pembelajaran yg seperti apakah yg cocok untuk diterapkan pada siswa saat ini?
    dimana setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing..

    BalasHapus
  10. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share memang sudah bagus, namun ada beberapa kelemahan antara lain : pada tahap think adalah ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan siswa yang suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum diselesaikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar ranah kognitif, yaitu siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Metode ini membutuhkan banyak waktu karena terdiri dari 3 (tiga) langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh siswa yang meliputi tahap think, pair, share. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan memberikan point pada
    siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share.

    BalasHapus
  11. Sekedar menambahkan disamping memiliki kelemahan seperti yang dijelaskan saudara nia, ada beberapa kelebihan pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share antara lain :
    1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
    2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
    mempengaruhi hasil belajar mereka.
    3. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

    BalasHapus
  12. Seperti yang dikatakan oleh saudara nia hambatan lain dari proses pembelajaran ini adalah:
    berasal dari segi siswa, yakni: siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannnya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada
    pasangan yang lain. Jumlah siswa di kelas juga berpengaruh terhadap pelaksanaan metode think pair share ini. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok. Akibatnya terdapat kelompok yang beranggotakan lebih dari 2 (dua) siswa. Hal ini akan memperlambat proses diskusi pada tahap pair, karena pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan. Hambatan lain yang ditemukan yaitu dari segi waktu.

    BalasHapus
  13. Dalam Pembelajaran TPS, jika siswa tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak sepenuhnya memahami konsep ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan menjelaskannya kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak bekerja lebih baik dari pada satu.

    Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Pembelajaran TPS juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah guru harus jeli melihat dan memasangkan siswa. Siswa memang harus mampu mengatasi perbedaan satu sama lain, tetapi hal ini tidak selalu terjadi. Siswa juga sebaiknya tidak memilih pasangan mereka, akan tetapi keterlibatan siswa dalam penetapan kelompok guru dapat meminta siswa menulis di selembar kertas lima nama yang mereka tidak keberatan bekerja bersama. Guru kemudian dapat memasangkan siswa sesuai dengan cara ini untuk menyelesaikan pekerjaan.

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  15. model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

    BalasHapus
  16. Coperative Learning berdasar implementasi dari teori konstruktivis, yaitu pembelajaran Cooperative muncul dari konsep bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja kelompok untuk salin membatu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi,hakekat social dan pengunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran “ Cooperative”
    Dalam kegiatan pembelajaran muncul berbagai persoalan dalam belajar terjadi persaingan yang individualistik yang sangat kompetitif, maka saat ini dari berbagai kemampuan teknologi pendidikan, mulai mengarahkan agar pendidik dapat berinovasi dalam kegiatan pembelajaran antara lain melalui Model Pembelajaran Cooperative. Belajar cooperative bukan hal yang baru menurut Slavin, 1995, Eggen & Kausiak, 1996. Dalam belajar cooperative, siswa dapat dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi dari guru. Selanjutnya Artzt & Newman (1990) yang dikutip Suherman, menyatakan bahwa belajar cooperative siswa bekerja bersama-sama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan pokok belajar cooperative adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena bekerja secara tim, maka dengan sendirinya ia dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Lomsell & Deschamps, 1992).

    model ini merupakan model yang paling sering digunakan pada saat ini, karena metode ini yang paling cocok dalam proses pembelajaran di Indonesia saat ini.

    BalasHapus
  17. Pembelajaran kooperatif terutama tipe think pair share jadi salah satu tipe pembelajaran yang sangat bagus untuk diterapkan (tentu saja sesuai kondisi). Karena seperti penjelasan di atas, pada tipe ini tidak hanya eksplore kemampuan akademik siswa, tetapi juga pembelajaran dan pengembangan buat sosial mereka. Akademik memang penting, tetapi sosial juga tidak kalah pentingnya, karena, ketika hidup di masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang, kita butuh kemampuan sosial yang bagus. Jadi ketika model pembelajaran ini bisa diterapkan ke siswa sejak usia dini, maka akan lebih mudah baginya untuk diterapkan saat dewasa, dimana anak-anak bisa menyerap sesuatu dengan cepat ketika usia dini, ataupun bisa dikatakan sebagai character building ke siswa. Seperti sifat-sifat membangun rasa percaya diri, mengurangi kecemasan, saling berbagi, dll. Karena mungkin dengan berbagai macam karakter, dengan TPS, siswa lebih bisa eksplore pendapatnya dengan terbuka ke temannya daripada langsung dikatakan ke guru. Jadi siswa juga akan diajak berfikir kritis dan belajar bagaimana cara menyampaikan pendapat yang baik. Selain itu, tipe TPS ini tidak memperlukan banyak waktu, sehingga waktu bisa dimanfaatkan dengan sangat efektif, atau apabila ada sisa waktu, guru dan siswa bisa melakukan kegiatan lain yang mungkin akan membangun kedekatan.

    BalasHapus