Senin, 12 November 2012

Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik). Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat perubahan perilaku, dan pada proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan penjelasan penguatan (reinforcement) eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak hanya didorong oleh kekuatan dari dalam saja, tetapi juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori belajar sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori–teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

A. Teori Pemodelan (Modeling)
Neil Miller dan John Dollard (1941) dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan pembelajaran sosial (social learning). Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian contoh tingkah laku (modeling).
Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963) telah melakukan eksperimen pada anak–anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori belajar sosial diperbaiki dengan memandang teori sebelumnya yang hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan.

B. Unsur Utama Teori Pemodelan
Bandura meneliti beberapa kasus, salah satunya ialah kenakalan remaja. Menurutnya, lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan.  Oleh Bandura, konsep ini disebut determinisme resiprokal yaitu proses yang mana dunia dan perilaku seseorang saling memengaruhi.  Lanjutnya, ia melihat bahwa kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga hal yakni lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang. Proses psikologis ini berisi kemampuan untuk menyelaraskan berbagai citra (images) dalam pikiran dan bahasa.  Dalam teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modeling) yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Beberapa tahapan yang terjadi dalam proses modeling:
1. Perhatian (Attention)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka Social Learning & Personality Development menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2. Mengingat (Retention)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini memungkinkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3. Reproduksi gerak (Reproduction)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkah laku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4. Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. Menurut Bandura, ada beberapa jenis motivasi yaitu:
  • dorongan masa lalu, yaitu dorongan-dorongan sebagaimana yang dimaksud kaum behavioris tradisional
  • dorongan yang dijanjikan (insentif) yaitu yang bisa kita bayangkan
  • dorongan-dorongan yang tampak jelas yaitu seperti melihat atau teringat akan model-model yang patut ditiru
 C. Jenis–jenis Peniruan
Peniruan dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan pengamatnya. Peniruan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis sebagai berikut:
  1. Peniruan langsung, yaitu peniruan yang dilakukan dengan cara seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan.
  2. Peniruan tak langsung, yaitu peniruan  yang dilakukan melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung misalnya meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajar.
  3. Peniruan gabungan,  yaitu peniruan yang dilakukan dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan (peniruan langsung dan tidak langsung) misalnya seorang pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai dari buku yang dibacanya.
  4. Peniruan sesaat/seketika, yaitu tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
  5. Peniruan berkelanjutan, yaitu tingkah laku yang ditiru dan ditonjolkan dalam situasi apapun misalnya seorang pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
 D. Prinsip-prinsip Modeling
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasi sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata–kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Di sisi lain, individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Di samping itu, Individu juga akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri–ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak–anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak–anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak–anak yang sangat tergantung cenderung meniru model yang ketergantungannya lebih ringan.

D. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial yang dikemukan Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Hal ini karena teknik pemodelan tersebut berupa peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga meniru tingkah laku yang negatif, termasuk tingkah laku yang tidak diterima di masyarakat. Namun demikian, teori belajar sosial yang dikemukakan Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena menekankan pada lingkungan dan perilaku seseorang yang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata– mata refleksi atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial juga lebih ditekankan pada perlunya pembiasan merespon (conditioning) dan peniruan (imitation). Selain itu pendekatan belajar sosial juga menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak–anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak–anak, faktor sosial dan kognitif.

E. Implikasi Teori Belajar Sosial
Menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun bahwa  perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih sulit mengikuti peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang dapat difahami melalui pancaindera. Menurut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajari dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebani dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka, karena hal tersebut akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Dasar pemikirannya, sekali seorang peserta didik mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan hadiah (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat. Komentar orang tua/guru: ketika menghadiahi/menghukum peserta didik merupakan faktor yang penting untuk proses penghayatan peserta didik tersebut terhadap moral baku (patokan-patokan moral). Orang tua dan guru diharapkan memberi penjelasan agar peserta didik tersebut benar-benar paham mengenai jenis perilaku mana yang menghasilkan ganjaran dan jenis perilaku mana yang menimbulkan sangsi. Reaksi-reaksi seorang peserta didik terhadap stimulus yang ia pelajari adalah hasil dari adanya pembiasaan merespons sesuai dengan kebutuhan. Melalui proses pembiasaan merespons (conditioning) ini, akan timbul pemahaman bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan memohon maaf yang sebaik-baiknya agar kelak terhindar dari hukuman.
Di sisi lain, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi peserta didik. Misalnya, seorang peserta didik mengamati model gurunya sendiri yang sedang melakukan sebuah perilaku sosial, seperti menerima tamu, lalu perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah-tamah, dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap oleh memori peserta didik tersebut. Diharapkan, cepat/lambat peserta didik tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan sosial yang dicontohkan oleh model itu. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku sosial hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas peniruan tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik yaitu siapa yang menjadi model. Semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas peniruan perilaku sosial dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalam belajar sosial, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak. Sebagai contoh keagresifan anak mungkin saja disebabkan oleh tayangan kekerasan dalam film-film laga di Televisi. Cara memakai baju dari para siswa yang ketat, tidak rapi, gaya bicara yang prokem mungkin juga akibat nonton tayangan sinetron di televisi. Anak-anak yang konsumerisme/suka jajan mungkin juga pengaruh lingkungan yang memberikan contoh konsumerisme. Bagaimanapun, orang tua dan guru harus dapat memberikan contoh dan panutan bagi anak-anak dalam menghadapi berbagai interaksi sosial dan moral di masyarakat.

15 komentar:

  1. sangat menarik dan bermanfaat sekali :). isi dari blog mengenai teori belajar sosial sudah sangat bagus dan mencakup semua hal, dengan materi di atas, kita sebagai calon guru tidak hanya menekankan proses belajar dari dalam diri kita tetapi juga memperhatikan lingkungan. namun ada sedikit tambahan mengenai teori belajar sosial yang dilakukan oleh bandura dimana pemodelan Bandura memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu
    1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
    2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
    3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
    4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
    5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif (sumber:http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/)

    BalasHapus
  2. Artikel ini bermanfaat karena membahas tentaang teori belajar salah satunya adalah teori belajar sosial. Teori belajar sangat bermanfaat bagi guru yaitu :
    1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
    2. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
    3. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajarannya
    4. Menjadi panduan guru untuk mengelola kelas
    5. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
    6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai prestasi maksimal

    Dalam pemodelan menurut Bandura, Bandura juga melakukan eksperimen yang berkaitan dengan teori belajar sosial yaitu eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

    Eksperimen Pemodelan Bandura :
    Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
    Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif
    Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
    Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
    Rumusan :
    Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
    Hasil Keseluruhan Eksperimen :
    Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
    (sumber :http://studentgoblog.blogspot.com/2012/02/teori-belajar-sosial.html)

    BalasHapus
  3. kesimpulan yang saya peroleh dari artikel ini, teori pemodelan ini menyoroti masalah perilaku individu. dengan pemodelan perilaku yang baik, diharapkan individu akan meniru perilaku baik yang dimodelkan. terlepas dari pemodelan perilaku perilaku, teori ini berkembang menjadi pemodelan keterampilan tertentu yang dilakukan di depan kelas oleh guru dengan harapan siswa dapat melakukan seperti apa yang dilakukan gurunya. karena hasilnya nanti siswa harus menirukan secara tepat apa yang dilakukan (baik itu disampaikan ataupun didemonstrasikan) oleh guru, teori ini mengarah ke model pembelajaran Direct Instruction.

    BalasHapus
  4. Adapun prosedur prosedur untuk pelaksanaan belajar sosial adalah yaitu
    1. Conditioning
    mengembangkan perilaku social dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan ; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya : Sekali seorang peserta didik mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat
    2. Imitation
    orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model / tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi peserta didik. Contoh : Mula-mula seorang peserta didik mengamati model gurunya sendiri yang sedang melakukan sebuah sosial, umpamanya menerima tamu, lalu perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah-tamah, dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap oleh memori peserta didik tersebut. Diharapkan, cepat/lambat peserta didik tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan social yang dicontohkan oleh model itu. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “ siapa “ yang menjadi model.

    BalasHapus
  5. Artikel ini dapat menambah pengetahuan pada pra pendidik tentang teori belajar.
    Seiring dengan penerapan dan pengkajian, Teori Pembelajaran Sosial memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain, yaitu:

    Kelebihan

    Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

    Pendekatan teori pembelajaran sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif

    Kelemahan

    Teori pembelajaran sosial memfokuskan pada penggabungan kognitif internal dan perilaku sosial, namun hubungan timbal balik antar faktor yang saling mempengaruhi tidak dijelaskan secara mendetail.

    Teori pembelajaran sosial tidak lebih hanya sebuah pembelajaran dari hasil pengamatan, seperti manusia membentuk berbagai perilaku baru yang kompleks hanya dari melihat atau mendengarkan orang lain. Namun, seiring perkembangan waktu proses belajar seseorang pada saat ini tidak hanya sebatas mengamati

    BalasHapus
  6. _berikut sedikit penjelasan TTEORI PEMBELAJARAN SOSIAL menurut (Bandura)

    Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).


    Dalam kehidupan yang selalu berkembang dan penuh dengan fenomena ini, selalu mengalami berbagai bentuk pro dan kontra dalam dunia pendidikan khususnya masalah belajar. Selama ini banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses peningkatan inteligensi,selain itu juga ada pendapat yang mengatakan belajar merupakan konsep transfer ilmu pengetahuan dari tenaga professional (guru) kepada subjek didik yaitu peserta didik yang berada dalam lingkungan formal. Namun sebenarnya aspek belajar tidak sesempit itu bisa saja belajar tersebut didapatkan oleh seseorang dari alam maupun lingkungan sekitar.
    Teori belajar sosial ini dicetuskan oleh Albert Bandura. Teori ini muncul berdasarkan penelitian yang dia lakukan secara observasional yaitu manusia belajar berdasarkan pengamatan terhadap manusia yang lain. Selanjutnya permasalahan ini semakin kompleks ketika tidak adanya suatu kejelasan mengenai belajar dalam lingkungan masyarakat, ini akan berdampak buruk pada perkembangan karier yang dijalani oleh seseorang karena karier selalu mempertimbangkan kemampuan belajar yang dimilki oleh seseorang itu.

    BalasHapus
  7. Artikel ini akan bermanfaat untuk para guru, karena peranan guru untuk mengetahui pengetahuan2 teori belajar sgt penting untuk perkembangan peserta didiknya.
    Tokoh yg terkenal dalam teori ini adalah Albert Bandura..Dari artikel di atas, bisa didapatkan kesimpulan bahwa Pendekatan teori belajar sosial berpengaruh terhadap proses perkembangan sosial dan moral sehingga perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).. Proses belajar itu sangat dipengaruhi lingkungan sekitarnya, karena manusia adalah makhluk sosial yg slalu berinteraksi dgn sesama.

    BalasHapus
  8. setelah saya membaca artikel ini, saya menangkap bahwa eori pemodelan ini menyoroti masalah perilaku individu. dengan pemodelan perilaku yang baik, diharapkan individu akan meniru perilaku baik yang dimodelkan.Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak hanya didorong oleh kekuatan dari dalam saja, tetapi juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan.
    Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
    jadi, inti dari teori belajar sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
    Artikel ini akan bermanfaat untuk para guru, karena peranan guru untuk mengetahui pengetahuan2 teori belajar sgt penting untuk perkembangan peserta didiknya.

    BalasHapus
  9. Saya membaca artikel ini dengan mengingat peran saya sebagai murid SD ataupun SMP. Bukan hanya dorongan dari guru saya tentunya, tapi dari teman-teman saya untuk meniru perilaku individu lain yang lebih baik daripada saya. Saat itu, dengan meniru orang lain saya bisa meningkatkan prestasi akademik dan kehidupan sosial saya. Namun terkadang dengan dorongan yang salah, pemodelan bisa menjadi suatu mimpi buruk. Membaca tulisan ini sebagai calon guru membantu saya sekali pak. Setuju dengan pendapat teman-teman sebelumnya. Terima kasih pak atas penjelasannya.

    BalasHapus
  10. Teori Pembelajaran Sosial Bandura merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara tingkah laku, person/kognitif, dan lingkungan dimana seseorang berada. Ketiga aspek ini memiliki hubungan timbal balik dan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola perilaku pada anak. Teori ini mengemukakan bahwa pola perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak merupakan representatif dari perilaku orang dewasa yang berada di sekelilingnya. Pola perilaku pada anak terjadi dari hasil observation (pengamatan), imitation (meniru), dan modeling. Proses pembentukan pola perilaku pada anak meliputi atensi, retensi, reproduksi gerak, dan motivasi. Dengan pemahaman pada konsep teori ini, kita dapat melakukan pembelajaran sosial yang tepat pada anak sehingga dapat mendukung optimalisasi proses tumbuh kembang pada anak.

    BalasHapus
  11. Setelah membaca artikel tentang teori belajar sosial, menyadarkan kita bahwa belajar dari orang lain itu sangat penting dan dapat mempengaruhi perilaku kita sendiri. Pada teori belajar sosial ini, memberikan penguatan secara eksternal dan internal. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Pengubahan perilaku itu didasarkan pada stimulus lingkungan yang dihadapi. Bisa dikatakan ada unsur imitasi pada teori ini, karena siswa akan meniru apa yang kita perbuat baik secara langsung maupun tidak sesuai penguatan pada diri mereka.

    Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Dengan adanya pemberian hadiah dan hukuman pada siswa, diharapkan siswa kan memutuskan perilaku yang akan dia perbuat.

    Untuk guru dan orang tua diharapkan mampu mengarahkan dan menjelaskan kepada anak maupun anak didik agar perilaku yang mereka pilih menunjukkan kepastian dia akan mendapatkan reward atau punishment, bukan kebimbangan.

    So, sebagai calon guru kita harus peka pada pemahaman ini untuk mengarahkan anak didik kita kawan... :)

    BalasHapus
  12. setelah membaca artikel ini,saya bisa tahu mengenai teori belajar sosial. sebagaimana namanya teori belajar sosial adalah proses pebelajaran/ model yang dilakukan oleh seorang anak/ siswa dengan cara meniru terhadap lingkunagan di sekitanya. pada teori belajar ini lingkungan sanagt berpengaruh terhadap perubahan anak, karena anak akan meihat lingkunagan sebagai model. dan jika lingkunagan yang dijadikan model itu baik, maka anak itu akan cenderung baik, dan begitu pula sebaliknya..... sehingga jika anak dibesarkan di lingknaga yang tidak berpendidikan, dan setiap hari dia mendengar kata-kata kotor maka anak itu tumbuh seperti aapa yang dia lihat dan apayang dia dengar.
    sehingga dengan adanya artikel ini gru diharapkan bisa bersikap positif dan baik, karena siswa akan menjadikan guru itu sebagai model...

    BalasHapus
  13. Pembelajaran sosial saya rasa bukan lagi sebuah pelajaran yang 'langka' bagi kita. Setiap hari kita mempraktekkannya dalam kehidupan sehari - hari, baik sadar maupun tidak sadar. Namun mungkin kita belum tahu apakah kegiatan kita tergolong dalam pembelajaran sosial, maka dari itu mari kita mengenal definisi dan teori pembelajaran sosial ini.

    Definisi Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian operant . Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.

    Dalam pelaksanaannya teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (teori behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.

    Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “manusia” itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan.

    BalasHapus
  14. teori belajar sosial menurut saya harus ditekankan pada siswa semenjak dini ,karena siswa selain harus bisa memahami konsep materi yang diajarkan juga harus memahami proses dia mendapatkan ilmu itu. Proses inilah yang terpenting karena memberikan pola berpikir untuk meraih sesuatu ,bukan hasil akhirnya. Menurut saya ,siswa yang memahami konsep beserta proses meraihnya akan menciptakan pola pikir yang cerdas untuk menyeleseikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Dengan bersosial siswa akan menemukan arti, dan dari sosial siswa bisa menemukan konsep yang mungkin tidak ada pada buku teks, tetapi sosial juga bisa berpengaruh buruk jika salah dalam bersosial.

    BalasHapus
  15. Sejalan dengan pemikiran teman2 yang lainnya. Sebagai calon guru haruslah kita memahami betul teori belajar sosial ini. Karena teori belajar sosial membantu kita untuk memodelkan suatu pesan yang ingin kita sampaikan pada siswa, khususnya memodelkan sebuah praktikum atau eksperiman yang biasanya digunakan dalam model pembelajaran Direct Instruction (DI). dalam DI bahkan terdapat syntax yang jelas-jelas menyebutkan kata-kata "memodelkan,,,kepada siswa". Namun, adanya teori sosial ini juga memberi batasan pada guru dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari. Karena ada beberapa siswa meniru apa yang kita lakukan setiap hari, padahal tidak ada niat kita untuk melakukan pemodelan.

    Let's do best for our student guys,,, because the future of them is on your hand ^_^ fighting !!!

    BalasHapus