Senin, 03 Januari 2011

Mengapa Pembelajaran Terpadu Diperlukan?

Timbul pertanyaan mendasar, perlukah kita memadukan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, atau satu mata pelajaran dengan bahan ajar tertentu, sehingga menjadi satu proses pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya ada dua alasan utama mengapa diperlukan pembelajaran terpadu yaitu:
1.      Empirik
Pada hakikatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu, karena menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Kita pergi ke pasar adalah satu contoh kompleksitas pengalaman hidup yang menyangkut banyak hal meliputi: sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), matematika (terkait dengan hitung-menghitung harga), biologi (tekait dengan soal barang dan bahan yang kita beli), dan sebagainya. Proses pembelajaran di sekolah selayaknya dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat, karena proses pembelajaran yang demikian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita. 
2.      Teoritis Ilmiah
Situasi dan permasalahan kehidupan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer dan handphone adalah  sebagian contoh peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak terlepas dari kehidupan kitasehari-hari. Sangatlah beralasan jika bahan ajar di sekolah harus diperkaya dengan muatan-muatan yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.
Dengan semakin banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak materi baru yang diusulkan oleh masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah, misalnya lingkungan hidup, ilmu kelautan, pengetahuan tentang narkoba, masalah HIV dan AIDS, pendidikan moral dan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, reproduksi sehat dan pendidikan seks, bursa efek, dan masih banyak lagi. Untuk memasukkan hal-hal tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri, sudah tentu tidak mungkin. Dengan kata lain, muatan ilmu pengetahuan yang semakin bertambah itu tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam kurikulum menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan satu organisasi kurikulum yang isinya lebih merupakan pilihan bahan ajar yang secara khusus dipersiapkan sebagai menu untuk proses pembelajaran. Dari sinilah muncul penggabungan mata pelajaran yang melahirkan kurikulum terpadu (integrated curriculum), dan kemudian melahirkan kurikulum inti (core curriculum). Para pengembang kurikulum berfikir perlunya back to basic dalam proses pengembangan kurikulum.
Dalam pelaksanaan kurikulum, muncullah model pembelajaran terpadu, dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat. Artnya, proses pembelajaran tidak dilaksanakan menggunakan kacamata kuda, yaitu tanpa melihat kiri-kanan atau hanya melihat satu disiplin ilmu tanpa mengaitkannya dengan kehidupan dalam arti luas. Dalam proses pembelajaran para guru seharusnya berusaha mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan mata pelajaran atau bahan ajar  lain yang berhubungan dengan  kehidupan masyarakat (kontekstual). Tanpa mengaitkan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, maka proses pembelajaran akan menjadi hambar dan kurang bermakna bagi bekal kehidupan anak.
Beberapa model pembelajaran terpadu dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
Pertama, model pembelajaran terpadu antara dua mata pelajaran dalam struktur kurikulum yang berlaku. Misalnya antara mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dsb.
Kedua, model pembelajaran terpadu antara satu mata pelajaran tertentu dengan bahan ajar yang tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, misalnya antara mata pelajaran Pendidikan Agama dengan bahan ajar pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup, antara mata pelajaran Biologi dengan pendidikan reproduksi sehat dan HIV/AIDS, antara mata pelajaran PPKn dengan bahan ajar pendidikan budi pekerti, mata pelajran Bahasa Indonesia dengan bahan ajar keimanan dan ketaqwaan, dsb.
Ketiga, model pembelajaran terpadu beberapa mata pelajaran, yaitu lebih dari dua mata pelajaran dipadukan, misalnya mata pelajaran Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian yang dimasukkan ke dalam satu proyek kegiatan pembelajaran (metode proyek).

12 komentar:

  1. setelah saya baca artikel di atas, sangat menarik sekali pak,,memang dalam suatu pembelajaran diperlukan adanya kaitan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi bekal kehidupan anak.
    yang ingin saya tanya bagaimana mengaitkan atau memadukan suatu mata pelajaran dengan tepat pak??apakah ada kiat2nya?dan untuk masalah praktikumnya apakah juga harus dilaksanakan secara terpadu?

    BalasHapus
  2. Yang penting dicobakan dulu, dari pengalaman tersebut akan diperoleh pengalaman yang secara terus-menerus mematangkan para guru sehingga memperoleh kiat-kiat yang paling jitu. Namanya saja praktikum, seharusnya dapat memadukan berbagai aspek dalam konteks dunia nyata.

    BalasHapus
  3. kemudian untuk memadukan materi dengan tingkat pemahahaman yang berbeda, seperti misalnya untuk kelas 1 SMP dan 3 SMP, apakah akan evektif pak???

    BalasHapus
  4. Iamz, permasalahannya kita tidak boleh memadukan lintas kelas tapi diperbolehkan lintas semester dalam satu kelas. Ya memang kurikulum di negara kita ini masih harus disempurnakan, tapi setidaknya dengan anjuran memadukan berbagai bidang kajian tersebut sudah merupakan langkah maju....

    BalasHapus
  5. Kecenderungan konsep pembelajaran terpadu diyakini memang sebagai suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak. Pendekatan ini berangkat dari suatu paham bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.Dengan pembelajaran terpadu seorang anak akan lebih termotivasi untuk belajar karena akan Memberi pengalaman langsung pada anak.
    Tetapi tidak memungkiri adanya berbagai kontroversi bahwa kurikulum bisa berubah kapan saja...bagaimana nasib pendidikan di Indonesia menghadapi seperti itu, dengan anggapan ganti pejabat maka ganti kurikulum. Khususnya bagaimana nasib kita sebagai guru sains ke depannya pak...
    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, saya sependapat dengan mbak Rizqi, kita sebagai calon Guru Sains memang dituntut untuk memadukan materi-materi dalam fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan, kurikulum di Indonesia ini mungkin hampir setiap beberapa tahun sekali selalu berganti dan kita juga tidak bisa memprediksikan kapan kurikulum itu berganti. Tentunya, kita sebagai calon guru Sains juga harus bisa menyesuaikan dengan pergantian kurikulum tersebut.

      Hapus
  6. setelah saya baca artikel tersebut ternyata sangat menarik pak...guru dituntut untuk meningkatkan kreatifitasnya sehingga bisa menjadikan suatu kurikulum diajarkan secara terpadu.lalu bagaimana dengan suatu sekolah yang sampai saat ini guru bidang studinya masih disendirikan misalnya biologi, fisika, dan kimia. sedangkan kurikulum yang sekarang sudah dituntut untuk terpadu. lalu apakah guru-guru tersebut harus memaksakan diri untuk mengajarkan secara terpadu???

    BalasHapus
  7. terkait dengan artikel diatas...menurut saya akan sangat baik untuk di terapkan dalam proses pembelajaran,,akan tetapi juga timbul pertanyaan dalam pikiran saya yakni, bagaimana cara kita untuk menggabungkab antara kurikulum yang satu dengan yang lain,,padahal setahu saya kurikulum itu sudah du atur oleh dinas yang terkait..

    selain itu sekarang ini kan sedang booming tentang pembelajaran berkarakter,,bisa tidak pembelajaran ini di gabung dengan pembelajaran berkarakter ?

    terima kasih sebelumnya..

    Muh.Hakim Alhamidy (093184018)

    BalasHapus
  8. Artikel ini sangat membantu dan menarik menurut saya, karena saya sebagai mahasiswa dari pendidikan sains, memang perlu untuk memadukan pelajaran seperti biologi, fisika, dan kimia menjadi satu pokok bahasan. Karena dengan kita memadukan ketiga mapel tersebut, kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, ada kalanya untuk beberapa materi tidak bisa dipadukan, karena materi tersebut sangat kompleks dan sulit menemukan keterkaitannya dengan materi pada mata peljaran yang lain. Apalagi, sekarang kan sudah ada beberapa model keterpaduan yang bisa digunakan untuk memadukan materi" tersebut untuk membantu para pengajar (Guru) dalam pembelajaran di kelas. Nah, sebagai calon guru Sains, Bagaimana cara mengatasi materi yang tidak bisa dipadukan tersebut ?

    Terimakasih (Adhiesta Kurnia Fikri-103654014/SAINS-A 2010)

    BalasHapus
  9. buat mbak adhiesta .
    .. kalau menurut saya untuk materi yang tidak bisa dipadukan lebih baik ndak usah dipaksa untuk dipadukan.. karena memang ada beberapa materi yang tidak bisa terpadu.

    yang menjadi pertanyaan saya tentang komitmen guru, seperti yang ada dalam masyarakat bahwasannya masih rendahnya komitmen guru dalam menjalankan tugasnya.. Bagaimana cara menumbuhkan komitmen para guru tersebut?

    BalasHapus
  10. Artikel ini sangat menarik menurut saya, selaku calon guru SAINS. Pembelajaran terpadu memang ada baiknya untuk dilakukan sebab, dapat menghemat waktu pembelajaran. Namun perlu diperhatikan juga tentang adanya dampak negatif dari pembelajaran terpadu yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Dampak negatif dari pembelajaran terpadu adalah penguasaan materi yang tidak merata sehingga ada beberapa materi yang hanya dipelajari sekilas. Hal ini pastilah akan menimbulkan suatu masalah tersendiri dalam pembelajaran. Apalagi hal ini terjadi dikelas atas yang akan menempuh ujian akhir nasional yang akhirnya akan berdampak negatif juga pada hasil yang akan diperoleh siswa. Hal ini sangat perlu diperhatikan, apalagi sebagai calon guru sains, harus bisa pandai-pandai memilah pelajaran-pelajaran yang bisa dipadukan dan yang memerlukan pendalaman yang lebih. Tapi biasanya juga, model pembelajaran ini bisa pula menimbulkan konsep baru yang bisa membuat siswa salah konsep. Bagaimana mengatasi hal ini?

    BalasHapus
  11. artikel ini sangat menarik, karena di Indonesia masih banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan pembelajaran terpadu, terutama di daerah terpencil.

    pembelajaran terpadu memiliki manfaat, yaitu :
    1.memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan;
    2.meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif;
    3.meningkatkan kecakapan berpikir anak;
    4.banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa;
    5.pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmatapelajaran;
    6.pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep;
    7.pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata;
    8.daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi;
    9.dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata;
    10. meningkatkan interaksi sosial anak;
    11. meningkatkan profesionalisme guru.

    buat Mu'ien Libra
    menurut saya cara menumbuhkan komitmen para guru yaitu di ajak untuk intropeksi diri, bagaimanakah niatnya dulu saat akan menjadi guru. Semua bergantung dengan niat, kalau niatnya sejak awal sungguh-sungguh ingin jadi guru, ya harus ikhlas dalam menjalankan tugas mengabdi kepada masyarakat.

    buat Erlin P.W ( 103654201)
    memang dalam menerapkan pembelajaran terpadu yang ditakutkan, salah satunya adalah menimbulkan konsep baru yang membuat siswa salah tangkap konsep tersebut. menurut saya cara mengatasinya guru harus dituntut untuk berwawasan luas, kreatif, harus pandai-pandai dalam memadukan materi yang ingin dipadukan sehingga siswa tidak salah konsep.

    BalasHapus